FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KOPERASI
PONDOK PESANTREN DURROTU AHLISUNNAH WALJAMAAH
KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG
TUGAS
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian 1
Dosen Pengampu Bapak Sawa Suryana
Oleh
Noor Salamah
1201412046
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pondok pesantren sampai saat ini masih
menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam dalam memperjuangkan tegaknya
nilai-nilai religius serta berjihad mentransformasikannya ke dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, agar kehidupan masyarakat berada dalam
kondisi berimbang (balanced) antara aspek dunia dan ukhrawi. Berdasarkan
pendekatan sistemik dan religi tersebut, peranan pondok pesantren dapat
memgembangkan idividu-induvidu santri untuk membangun kelompok (sosial) yang
memiliki potensi kuat dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Seiring dengan
perkembangan masyarakat, pondok pesantren dituntut untuk mengadakan
perubahan-perubahan secara perlahan tanpa menanggalkan ciri khasnya sebagai
lembaga pendidikan agama.
Perubahan-perubahan yang dilakukan
pesantren salah satunya adalah pesantren dapat dikembangkan menjadi basis
ekonomi kerakyatan dan pusat pengembangan
ekonomi umat di daerah-daerah, baik dalam bentuk lembaga keuangan syariah
maupun koperasi pondok pesantren (kopontren). Adapun perkembangan koperasi
pondok pesantren dan jumlah anggota koperasi pondok pesantren di Kota Semarang
dapat dijelaskan pada tabel.
|
|
Tabel 1
Jumlah koperasi menurut jenisnya
|
|
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
koperasi pondok pesantren berjumlah 19 buah atau 1,84287% dari keseluruhan
koperasi yang ada di Kota Semarang. Dalam penelitian Hasyim menunjukkan bahwa:
(1) baru sekitar 1 % dari pondok pesantren yang telah mendirikan koperasi; (2)
masih sebagian kecil warga pesantren yang menjadi anggota koperasi pondok
pesantren ; (3) partisipasi aktif para
anggota belum optimal (sedang); (4)
masih sebagian kecil kopontren yang diteliti relatif sukses kemajuan usahanya,
dan (5) masih rendahnya motivasi berkoperasi warga kopontren yang berorientasi
pada kultur pondok pesantren sehingga berdampak pada pengembangan koperasi
pondok pesantren. Fenomena tersebut dihadapi oleh sebagian besar koperasi
pondok pesantren di Indonesia, oleh karena itu diperlukan suatu penelitian yang
berkaitan dengan berbagai variabel yang memiliki kontribusi terhadap
keberhasilan usaha koperasi, salah satunya dengan partisipasi aktif anggota.
Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah
Waljamaah, merupakan salah satu pondok pesantren yang letaknya berdekatan
dengan kamus Unnes Sekaran Gunungpati. Hampir semua santri adalah mahasiswa
Unnes. Sebagai pondok pesantren salaf, pondok pesantren Durrotu Ahlissunnah
Waljamaah, tak luput dari perubahan sebagai bentuk adaptasinya di zaman yang
sudha modern, terlebih santri PPDAW sebutan untuk Pondok Pesantren Durrotu
Ahlissunnah Waljamaah merupakan kader akademis yang agamis. Salah satu
bentuknya adalah pengadaan koperasi pondok pesantren. Untuk mencapai visi misi
pondok pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah, salah upaya pengembangan pondok
dan santri itu sendiri adalah dengan adanya koperasi pondok pesantren. Namun
agaknya kinerja dari koperasi itu belum maksimal, maka penulis tertarik untuk
mengkaji hal ini lebih jauh lagi. Oleh karena itu penulis mengangkat judul
penelitan, “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KOPERASI PONDOK PESANTREN
DURROTU AHLISUNNAH WALJAMAAH KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG ”
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Faktor
apa saja yang mempengaruhi kinerja koperasi pondok pesantren Durrotu
Ahlissunnah Waljamaah?
1.3
Tujuan
1.
Memahami
faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja pondok pesantren Durrotu Ahlissunah
Waljamaah.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Kinerja Koperasi
Koperasi berasal dari kata Co-Operative,
Co berarti bersama, Operative berarti bekerja/operasi, sehingga secara herfiah
bebrarti bekerjasama. Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (Pasal 1
UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian).
Tujuan usaha koperasi adalah untuk
memenuhi kebutuhan anggotanya atau bermotif
pelayanan kepada para anggotanya. Koperasi mewujudkan demokrasi ekonomi
melalui kebersamaan, kekeluargaan,
keterbukaan, kebertanggungjawaban, dan demokrasi. Nilai-nilai koperasi dapat
dibedakan antara nilai-nilai etis dengan nilai-nilai fundamental.
Nilai etis koperasi bertitik-tolak pada
nilai-nilai yang diperkenalkan oleh para perintis koperasi, yaitu kejujuran dan
keterbukaan. Sedangakan niali-nilai fundamental koperasi lebih bersifat
universal, artinya berawal dari semangat untuk memperbaiki nasib penghidupan
sendiri berdasarkan prinsip tolong-menolong. Nilai-nilai fundamental ini antara
lain menolong diri sendiri (self help),
tanggung jawab sendiri
(self-responsibility), demokrasi
(democracy), persamaan (equality), keadilan (equity), dan solidaritas (solidarity).
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992
tentang Perkoperasian, Prinsip-prinsip
koperasi
adalah :
1)
Keanggotaan
bersifat sukarela dan terbuka
Siapapun yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga
(AD dan ART) koperasi dapat menjadi anggota. (Penjelasan UU No. 25 tahun 1992
Pasal 5 Ayat 1)
2)
Pengelolaan
Koperasi dilakukan secara Demokratis.
Koperasi adalah
organisasi demokratis yang diawali oleh para anggotanya, yang secara aktif
menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Dalam Koperasi primer, para anggota
memiliki hak suara yang sama (satu
anggota satu suara) dan koperasi pada tingkat-tingkat lainnya juga dikelola
secara demokratis.
3)
Pembagian
SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota
4)
Pemberian
balas jasa yang terbatas terhadap modal
Penggunaan modal dalam koperasi
ditujukan bagi kemanfaatan anggota, bukan hanya sekedar mencari keuntungan.
Anggota memperoleh bunga yang terbatas atas modal.
5)
Anggota
memperolehkan keuntungan dalam bentuk lain pelayanan, pendidikan anggota,
penyediaan produk dengan mudah, murah dan bermutu tinggi c
6)
Kemandirian
Kemandirian
berarti koperasi tidak bergantung pada pihak lain. Modal sendiri koperasi
berasal dari anggota. Kerjasama antar Koperasi Koperasi dapat bekerjasama
dengan koperasi-koperasi lain tingkat Lokal,Regional, Nasional maupun
Internasional. Koperasi melayanani para anggotanya sacara efektif dengan
membangun jaringan dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerjasama melalui organisasi koperasi tingkat lokal,
nasional, regional dan internasional. Di
Indonesia Koperasi-Koperasi primer dalam dapat membentuk pusat dan induk
ditingkat dapat membentuk pusat dan induk di tingkat regional dan nasional.
1.2
Pondok
Pesantren
Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok pesantren merupakan gabungan dari dua kata yang
merujukpada satu pengertian. Dilihat dari kata dasar pembentuknya pondok
pesantren terdiri dari pondok dan pesantren. kata pe-santri-an, dimana kata
"santri" berarti murid dalam Bahasa
Jawa.Istilah pondok berasal
dari Bahasa
Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan Jadi
pondok pesantren dapat diartikan sebagai sebuah asrama pendidikan
tradisional, dimana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar dibawah
bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan mempunyai asrama
untuk tempat menginap sa
Peran Pondok Pesantren
Pesantren pada
mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam
perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak
melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi
keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini
tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan
cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian
masyarakat (society-based curriculum).
Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga
keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup
yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya
Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam
masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya
telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang
telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil
yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.
Selama dua decade terkahir globalisasi menjadi wacana public yang
menarik semua pihak. Dampak negative dari globalisasi adalah degradasi atau
penuruan kualitas akhlaq atau moral yang terjadi hampir di semua lapisan
masyarakat. Artinya tugas yan emban insitusi islam di era globalisasi semakin
berat.
Sebagai lemabaga islam yang berdasarkan nilai-nilai keislaman tidak
saja dituntut untuk menstransfer ilmu pengetahuan tapi juga nilai keislaman.
Secara kuantitaf djumlah pesantren tampaknya meningkat banyak berdiri pesantren
bahkan di daerah urban seperti Jakarta, depok, tangerang dan sekitarnya.
Perkembangan fisik bangunan pesantren juga mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat observable. Banyak pesantren di berbagai tempat, baik di wilayah
urban atau di pedesaan, mempunyai gedung-gedung atau bangunan yang megah dan,
lebih penting lagi, sehat dan kondusif sebagai tempat berlangsungnya proses
pendidikan. perkembangan fisik
pesantren mengindikasikan terjadinya peningkatan kemampuan swadaya dan swadana
masyarakat Muslim sebagai hasil dari kemajuan ekonomi yang dicapai kaum Muslim
dalam pembangunan. Pada segi lain, kemunculan pesantren-pesantren baru, yang ternyata dengan cepat menjadi populer itu, dalam skala yang
sedikit luas agaknya merupakan salah satu indikasi lain tentang tengah
berlangsungnya secara intens apa yang disebut oleh sebagian pengamat sebagai
proses “santrinisasi” kaum Muslim Indonesia.
Hingga saat ini perkembangan pesantren menurut Ridwan Nasir dapat
dikelompokkan menjadi ;
1.
Pesantren salaf,
yaitu pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan
sorogan) dan sistem klasikal,
2.
Pesantren semi
berkembang, yaitu pesantren yang didalamnya terdapat sistem pendidikan salaf
(weton dan sorogan) dan sistem madrasah swasta dengan kurikulum 90 % agama dan
10 % umum,
2. Pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi berkembang
hanya saja lebih variatif yakni 70 % agama dan 30 % umum,
3. Pesantren modern, yaitu seperti pesantren berkembang hanya saja sudah
lebih lengkap dengan lembaga pendidikan yang ada di dalamnya sampai perguruan
tinggi dan dilengkapi dengan takhasus bahasa Arab dan Inggris, dan
4. Pesantren ideal, yaitu pesantren sebagaimana pesantren modern, hanya saja
lembaga pendidikan yang ada lebih lengkap terutama dalam bidang keterampilan
yang meliputi teknik, perikanan, pertanian, perbankan dan lainnya yang
benar-benar memperhatikan kualitas dengan tidak menggeser cirri khas pesantren.
2.3 Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah
Pondok
pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah merupakan sebuah pondok pesantren salaf
yang terletak di kompleks kampus Unnes tepatnya di Jalan Kalimasada No.1 rt 02
Rw 05 Banaran Sekaran Gunungpati Semarang. Pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah
Waljamaah saat ini di asuh oleh Kyai Masyrokhan, dengan jumlah total santri
putra dan putri kurang lebih 300 santri. Mulai berdiri sejak tahun 1993.
Kegiatan yang berlangsung dalam proses pendidikan pondok pesantren anatara lain
ngaji bandongan pagi, ngaji bandongan sore, madrasah diniyah, kuliah
tujuh menit, khitobah, selapanan, sewelasan, dibaan, arwah
jama, dan manakiban. Selain pendidikan agama di atas, santri juga di fasilitasi
berbagai wadah guna mengembangakan potensi santri. Unit kegiatan pondok
merupakan sebuah unit yang menfasilitasi berbagai minat dan bakat santri baik
di bidang seni maupun olahraga. Di antara UKP tersebut adalah Satrul Qolam
Aswaja bergerak di bidang kepenulisan, grup rebana Ad Duroh, Asocoation
Football Aswaja, dan Lembaga Bahasa Arab. Selain itu ada juga koperasi pondok
pesantren yang melayani pembelian kitab, makanan dan minuman.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian
adalah formalisasi dari sebuah proses berpikir untuk memecahkan masalah. Proses
pemecahan masalah yang dilakukan oleh penelitian mempunyai perbedaan dengan
pemecahan masalah atau penemuan kebenaran yang dilakukan dengan cara lain yang
bersifat tidak ilmiah. Perbedaan itu salah satunya adalah metode. Metode
merupakan salah satu syarat ilmu. Metode penelitian ini menggunakan analisis
diskriptif. Analisis diskriptif merupakan Menurut Sugiyono (2004:169) Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis Deskriptif merupakan analisis yang palingmendasar untuk menggambarkan
keadaan datan secara umum. Analisis deskripsi ini meliputibeberapa hal, yakni
distribusi frekuensi, pengukuran tendensi sentral, dan pengukuran variabilitas
(Wiyono, 11:2001).
3.2
Lokasi
Penelitian
Penelitian
ini berlokasi di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah yang berlamat
Jalan Kalimasada Gang Abimanyu No. 11 rt 2 rw 5 Banaran, Kelurahan Sekaran,
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Karena pondok pesantren Durrotu Ahlisunnah
Waljamaah memiliki sebuah unit koperasi yang dirasa belum teroptimalkan.
3.3
Populasi
dan Sampel
3.3.1
Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian, apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Sedangkan menurut Azwar (2004:77) “Populasi adalah sebagai kelompok subjek yang
hendak dikenai generalisasi penelitian, sehingga kelompok subjek ini harus
memiliki karakteristik-karakteristik atau ciri bersama, yang membedakannya dari
kelompok subjek yang lain”. Ciri yang dimaksud dari pengertian tersebut tidak
terbatas hanya sebagai ciri lokasi, akan tetapi terdiri dari karakteristik
individu (Azwar, 2000:77).
Alasan peneliti menggunakan studi populasi adalah jumlah populasi
terbatas maka semua populasi dijadikan sumber data, dalam penelitian ini
populasi yang menjadi objek penelitian adalah lurah, pembantu lurah satu,
pengurus koperasi, santri dan Abah Kiai.
3.3.2
Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) bahwa Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang akan diteliti, dimaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian. Sampel yang akan diambil adalah santri. Karena jumlah santri
sekitar 300 tidak mungkin akan diambil data kesemuanya. Untuk itulah digunakan
teknik sampel.
3.4
Variabel
Penelitian
Menurut Arikunto (2002:99) variabel adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian pengamatan peneliti.
Berdasarkan definisi tersebut, menjelaskan bahwa Variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam
penelitian ini adalah :
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Partispasi penggerak
koperasi pondok pesantren
b. Komitmen pengurus
koperasi dalam mengabdikan diri
c. Kemampuan berinovasi
dari pengurus koperasi
d. Kinerja unit
koperasi pondok pesantren
3.4.2
Variabel Terikat
Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah ;
a.
Visi Misi Pondok Pesantren
b. Peraturan Pondok
Pesantren
c. Prinsip-prinsip
dasar koperasi
d. Kondisi keangan
global
3.5 Metode Pengumpulan
Data
Metode yang akan
digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
3.5.1
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan
terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.Orang yang melakukan observasi
disebut pengobservasi (observer) dan
pihak yang diobservasi disebut terobservasi (observee) (Abdurrahmat Fathoni, 2006:104).
Observasi atau disebut pula dengan
pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,2002:133).
Observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian (Rachmat, 1999:77).
Metode Observasi adalah suatu langkah
penelitian yang digunakan dengan cara mencari data secara langsung dilapangan.
Dalam penelitian tersebut juga tidak diabaikan kemungkinan penggunaan
sumber-sumber non manusia seperti dokumen dan catatan tersedia (Pujiani,2000:20).
Metode ini digunakan untuk mengungkap kenyataan yang ada dilapangan dalam
proses pembelajaran. Dengan peneliti melihat kegiatan pembelejaran yang
dilaksanakan.
Metode observasi dalam penelitian ini
berisi catatan yang menggambarkan bagaimana proses pelaksanaan kepengurusan
koperasi, pelayanan kepada pembeli, catatan penjualan, catatan pembelian, peran
serta pengurus dan santri pondok dalam mengembangkan koperasi.
3.5.2
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
setiap bahan tetulis ataupun film sumber tertulis yang dapat terbagi atas
sumber baku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen
resmi (Moeleong, 2000:106).
Metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan lapangan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat. Agenda dan
sebagainya (Arikunto,2000:2006 ).
Metode ini bisa
diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari
buku-buku, brosur, atau laporan yang berkaitan dengan pokok masalah yang telah
diteliti dan telah diarsipkan. Metode ini untuk mengungkap atau member bukti
lapangan tentang manajemen koperasi. Disini juga peneliti menggunakan metode
dokumentasi untuk mendukung hal-hal yang dibutuhkan seperti nama-nama ketenagaan,
struktur kepengurusan koperasi, sejarah koperasi dan lain sebagainya.
3.5.3
Teknik Angket
Teknik angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang
diketahui(Arikunto, 2002:200). Teknik angket adalah suatu metodologi penelitian
dengan rangkaian mengenai suatu hal atau dalam suaru bidang menggunakan daftar
pertanyaan secara tertulis mengenai suatu hal atau dalam satu bidang untuk
memperoleh data tentang jawaban para responden (Hadi, 1987:2007).Dari pendapat
tersebut maka kuesioner adalah merupakan suatu daftar pertanyaan yang berisikan
suatu pertanyaan. Kuesioner akan digunakan untuk mendapatkan data tentang kinerja
koperasi pondok pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah.
3.6
Validitas Dan
Reliabilitas Instrumen
3.6.1 Validitas instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument
(Arikunto, 2002:144)
3.7 Metode Analisis Data
Analisis Data merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode ilmiah, dengan analisis data tersebut dapat diberi arti
atau makna untuk pemecahan masalah penelitian (Nazir, 1998:405).
Tujuan analisis di dalam penelitian ini
adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga terjadi suatu data
yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan rumusan permasalahan penelitian.
Analisis dilakukan dengan membaca table-tabel dan teknik deskriptif
presentase.Teknik deskriptif presentase dimaksudkan untuk mengetahui status
sesuatu yang dipresentasekan dan disajikan dalam bentuk persentase (dikutip
dari skripsi Mutmainah 2010).
3.8 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu
ukur yang menunjukkan tingkat ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.
Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, jadi validitas menekankan pada alat
pengukuran atau pengamatan. Kegunaan validitas adalah untuk mengetahui sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi
ukurnya dan validitas menggunakan alat
ukur teknik korelasi product moment seperti dikemukakan oleh Karl Person.
Suharsini Arikunto dengan rumus sebagai berikut (1997:153)
rxy:
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi
tiap item
N : jumlah subyek
ΣX : jumlah skor item
ΣY : jumlah skor total
ΣXY : jumlah perhatian skor item dengan skor total
Selanjutnya untuk menentukan valid tidaknya item digunakan taraf
signifikansi 5%.
Hasil uji validitas pada pengurus dan santri, diperoleh nilai rxy =untuk setiap variabel melebihi untuk
setiap item melebihi r tabel = 0,396 pada taraf signifikan 5% dengan n = 20, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut valid.
3.9
Reliabilitas
Instrumen
Relibialitas menunjukkan pada suatu pengertian
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154).Untuk reliabilitas digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto,
2002:193).
Keterangan:
r :
realibitas instrumen
k :
banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
: jumlah varian butir
:
varian total
Dengan perhitungan menggunakan rumus tersebut
maka jika dari r tabel dengan taraf signifikasi yang disepakati yaitu 5% maka
angket dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas mengguanakan rumus Alpha
diperoleh r = 0,945 > r tabel = 0,355 yang berarti bahwa instrument tersebut
reliabel.
3.10 Analisis Data
Analisis Data merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode ilmiah, dengan analisis data tersebut dapat diberi arti
atau makna untuk pemecahan masalah penelitian (Nazir, 1998:405).
Tujuan analisis di dalam penelitian ini
adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga terjadi suatu data
yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan rumusan permasalahan penelitian.
Analisis dilakukan dengan membaca table-tabel dan teknik deskriptif
presentase.Teknik deskriptif presentase dimaksudkan untuk mengetahui status
sesuatu yang dipresentasekan dan disajikan dalam bentuk persentase (dikutip
dari skripsi Mutmainah 2010).
Analisis Data merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode ilmiah, dengan analisis data tersebut dapat diberi arti
atau makna untuk pemecahan masalah penelitian (Nazir, 1998:405).
Tujuan analisis di dalam penelitian ini
adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga terjadi suatu data
yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan rumusan permasalahan penelitian. Analisis
dilakukan dengan membaca table-tabel dan teknik deskriptif presentase.Teknik
deskriptif presentase dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang
dipresentasekan dan disajikan dalam bentuk persentase (dikutip dari skripsi
Mutmainah 2010).
3.11 Kinerja Koperasi Pondok Pesantren
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kinerha koperasi pondok
pesantren, dapat dipahami dari tabel berikut ini.
Judul
|
Variabel
|
Sub
variabel
|
Indikator
|
No
|
Faktor yang mempengaurhi
kinerja pondok pesantren durrotuakiaa
|
Pendekatan Analisis Diskriptif
|
1. Partipasi
|
a. Anggota terlibat
dalam proses pengambilan keputusan
b. Anggota mengontrol
roda kepengurusan organisasi.
|
|
|
|
2. Komitmen
|
a. Keyakinan yang
kuat
akan misi dan tujuan organisasi
b. Berkemauan untuk
berkorban demi tujuan organisasi
c. Memiliki keinginan
untuk membina hubungan jangka
panjang dengan organisasi.
|
|
|
|
3. Inovasi
|
a. Partipasi dalam
pengambilan keoutusan
b. Dukungan
c. Pengembangan diri
d. Pengembangan tugas
|
|
|
|
4. Kinerja
|
a.
Mengembangkan orientasi pasar
b.
Meningkatkan modal
c.
Memperkuat kulaitas SDM
d.
Meningkatkan komitmen
e.
Meningkatkan jenis usaha
f.
Mengadakan kerjasama dengan lembaga lain
g.
Meingkatkan partisipasi anggota
|
|
0 komentar:
Posting Komentar