A.
Pengertian
Motivasi
Motivasi
merupakan salah satu faktor ysng ikut menentukan keberhasilan anak di dalam
belajar. Motivasi berperan sangat penting dalam proses belajar. Menurut
beberapa pakar psikologi kata motivasi dikaitkan dengan belajar untuk
menggambarkan proses yang dapat
a. Memunculkan dan mendorang perilaku
b. Memberikan arah atau tujuan perilaku
c. Memberikan peluang terhadap perilaku
yang sama
d. Mengarahkan pada pilihan perilaku
tertentu
Sebagaimana
telah dinyatakan bahwa motivasi merupakan komponen paling pentang dalam belajar
dan merupakan komponen yang paling sukar untuk diukur. Keinginan untuk belajar
merupakan produk dari berbagai faktor, seperti kemampuan, kepribadian,
karakteristik tugas belajar, penghargaan
belajar, lingkungan, dan perilaku pendidik. Keikut sertaan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran tentu memiliki motivasi. Sehingga tugas pendidik adalah
bukan hanya meningkatkan motivasi belajar pada pesrta didik, namun yang lebih
penting lagi adalah menemukan, memprakarsai, dan mendorong peserta didik untuk
belajar.
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan,
memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus (Slavin, 1994).
Motivasi juga berasa dari berbagai faktor intrisik dan ekstinsik.
B.
Pentingnya
Motivasi dalam Belajar
Secara
sederhanadapat dikatakan bahwa apabila
anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar
pada diri anak tersebut. Oleh sebab itu motivasi adalah hal yang sangat penting
dalam belajar. Tidak hanya penting saja, namun motivasi juga memberlancar
belajar dan hasil belajar.
Motivasi
juga merupakan prasarat penting dalam belajar, namun agar aktivitas belajar itu
terjadi pada diri anak , ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas
pembelajaran yang harus diperhatikan pula.
C.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Terdapat
enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori
psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap
motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu :
1. Sikap
Sikap merupakan kombinasi
dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan didalam predisposisi untuk
merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Sikap memiliki pengaruh
kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik, karena sikap itu membantu
peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku
yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga akan membantu
seseorang merasa aman disuatu lingkungan yang apda mulanya tempat asing. Sikap
akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksi secara
lebih otomatis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan
seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang bersifat unik.
2. Kebutuhan.
Kebutuhan merupakan
kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu
peserta didik untuk mencapai tujuan. Semua orang merasakan kebutuhan yang tidak
pernah berakhir. Kebutuhan mana yang dialami peserta didik sekarang ini akan
bergantung pada sejarah belajar individu, situasi sekarang, dan kebutuhan
terakhir yang dipenuhi. Beberapa kebutuhan tampak lebih dominan dan
berkesinambungan (untuk istirahat dan rasa aman), sementara kebutuhan lainnya
kurang dapat dipahami (untuk dapat dipahami dan dikelola).
Kebutuhan bertindak
sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan.
Semakin kuat seseorang merasakn kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk
mengatasi persaan yang menekan didalam memenuhi kebutuhannya. Pendekatan yang
paling terkenal terhadap konsep kebutuhan adalah yang dikembangkan oleh Maslow.
Teori holistik dan dinamik ini mengasumsikan bahwa pemenuhan kebutuhan
merupakan prinsip yang penting dan mendasari perkembangan manusia.
3. Rangsangan
Rangsangan merupakan
perubahan didalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat
seseorang bersifat aktif. Manusia secara alamiah selalu mencari rangsangan
Petri dalam laporan penelitian neurofisiologi menyatakan tentang adanya
kebutuhan aktual manusia terhadap rangsangan. Dinyatakan bahwa rangsangan dapat
meningkatkan aktivitas otak dan mendorong seseorang untuk menangkap dan
menjelaskan lingkungannya.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan
dengan pengalaman emosional- kecemasan, kepedulian, dan pemilikan- dari
individu atau kelompok pada waktu belajar. Beberapa pakar psikologi menyatakan
bahwa emosi merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi
menerima gagasan bahwa pikiran dan perasaan itu berinteraksi dan juga memandu
pada perubahan perilaku. Weiner (1980) yang dinyatakan sebagai pakar psikologi
kognitif, menyatakan bahwa perasaan didalam dan pada diri individu dapat
memotivasi perilaku. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi
bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu
mendorong peserta didik untuk belajar keras. Integritas emosi dan berfikir
peserta didik itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan
terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.
5. Kompetensi
Manusia pada dasarnya
memiliki keinginn untuk memeperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori
kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha untuk
berinterkasi dengan lingkungannya secara efektif.
Didalam situasi pembelajaran,
rasa kompetensi pada peserta didik akan timbul apabilamenyadari bahwa
pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah
ditentukan. Kompetensi juga memeberikan peluang pada kepercayaan diri untuk
berkembang dan memeberikan dukungan emosional terhadap usaha tertentu dalam
menguasai ketrampilan dan pengetahuan yang baru.
6. Penguatan
Salah satu hukum
psikologi paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinforcement).
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan
respon. Para pakar psikologi telah mengemukakan bahwa perilaku seseorang dapat
dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif.
Dalam teori penguatan,
pengutan positif memainkan peranan penting. Penguatan positif menggambarkan
konsekuensi atas peristiwa itu sendiri. Penguatan positif dapat berbentuk
nyata, misalnya uang atau dapat berupa sosial, seperti afeksi. Penguatan
negatif merupakan stimulus afersi ataupun peristiwa yang harus diganti atau
dikurangi intensitasnya. Contoh penguatan negatif misalnya pendidik menyatakan
kepada peserta didik bahwa gaya membaca siswa pada waktu membaca sangat
membosankan sehingga harus dihentikan.
D.
Teori-teori
motivasi
Berikut
disajikan tentang teori-teori kontemporer tentang motivasi yang menjelaskan
alasan-alasan tentang mengapa anak melakukan sesuatu. Beberapa teori yang
dibahas berikut adalah :
1. Teori belajar behavioral
Konsep motivasi erat
hubungan dengan suatu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat (reinforced) dimasa
lalu adalah lebih mungkin diulangi lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak
diperkuat atau dihukum. Para pakar behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu
memisahkan teori belajar dengan motivasi karena motivasi merupakan produk dari
sejarah penguatan. Dengan menggunakan konsep motivasi ini, para pakar
behaviorisme menggambarkan situasi tersebut untuk mengajarkan peserta didik
belajar.
a. Hadiah dan penguatan.
Alasan mengapa sejarah
penguatan tidak cukup mampu menjelaskan motivasi adalah karena motivasi manusia
itu sangatn kompleks dan terbatas pada lingkungan. Pada umumnya anak
beranggapan bahwa menjadi seseorang pendidik baru yang pegawai negeri sebesar
satu juta rupiah per bulan. Itu merupakan penguatan (Reinforcement). Namun
nilai nominal akan berbeda fungsi bila dikaitkan dengan berbagai kondisi.
b. Menetapkan nilai penguatan
Untuk menentukan nilai
penguatan dari suatu hadiah tidak dapat ditetapkan secara tepat. Seringkali sulit
untuk menentukan motivasi peserta didik dalam mengerjakan tugas, kemudian
mereka berhasil. Oleh karena itu, seringkali sulit untuk menentukan motivasi
peserta didik berdasarkan perilaku yang ditunjukkan, karena banyak motivasi
yang dapat mempengaruhi perilakunya. Kadang-kadang satu jenis motivasi dapat
menentukan perilaku, namun pada saat yang lain banyak motivasi yang berpengaruh
terhadap perilaku. Karena kompleksnya motivasi manusia, teori behavioristik
sangat terbatas untuk digunakan dalam menjelaskan motivasi.
2. Teori kebutuhan manusia
Abraham Maslow
menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Banyak kebutuhan
dasar yang semuanya harus dipenuhi, seperti makan, cinta, rasa aman, dan
perawatan harga diri yang positif. Setiap anak berbeda kepentingannya didalam
memenuhi kebutuhannya. Beberapa anak ada yang lebih membutuhkan rasa afeksi dan
perhatian, sementara yang lain memiliki kebutuhan psikologis dan keamanan.
Maslow mengidentifikasi
dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan
(deficiency needs) dan meta kebutuhan, kebutuhan untuk pertumbuhan (growth
needs).
a. Hirarki kebutuhan dari Maslow
Konsep penting yang
diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan kekurangan
(deficiency needs) dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan kekurangan ini harus
dipenuhi. Apabila sudah terpenuhi, maka motivasi anak untuk melanjutkan
pemenuhannya akan menurun. Berbeda dengan itu, kebutuhan pertumbuhan, seperti
kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, mengapresiasi keindahan, atau
perumbuhan dan perkembangan mengapresiasi anak lain, tidak pernah dipenuhi
secara sempurna.
b. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri
ditandaioleh adanya penerimaan diri dan anak lain spontanitas, terbuka, relatif
tegas namun demokratis. Maslow menempatkan dorongan akutualisasi diri pada
hierarki kebutuhan yang paling tinggi, pencapaian kebutuhan yang paling penting
itu tergantung pada seluruh kebutuhan yang ada dibawahnya.
c. Implikasi dalam pendidikan
Pentingnya teori Maslow
pada pendidik adalah tentang hubungan antara kebutuhan akan kekurangan dan
kebutuhan akan pertumbuhan. Peserta didik akan sangat lapar dan sedang
menghadapi keadaan bahay fisik, akan memiliki sedikit energi psikologis dalam
belajar. Untuk mengatasi masalah seperti itu, akhir-akhir ini pemerintah telah
mengupayakan pemberian makanan tambahan bagi para peserta didik yang berasal
dari masyarakat kurang mampu.
3. Teori disonansi
Teori disonansi
menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat
kuat. Misalnya jika anak memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang baik
dan jujur, maka anak itu akan berperilakubaik dan jujur walaupun tidak ada anak
lain yang melihatnya.
a. Eksperimen festinger
Festinger menggunakan
sampel peserta didik untuk mengerjakan yang membosankan
b. Implikasi dalam pendidikan
Teori
disonansi kognitif seringkali diterapkan dalam proses pembelajaran ketika
peserta didik menerima balikan yang tidak menyenangkan atas kinerja akademik
yang diperoleh.
4. Teori kepribadian
5. Teori atribusi
Teori ini berupaya
memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama apabila diterapkan
pada keberhasilan/ kegagalan anak. Weiner menyatakan ada 3 karakteristik dalam
menjelaskan kegagalan/keberhasilan anak : (a) Penyebab keberhasilan dan kegagalan itu dipandang dari dalam atau dari
luar. (b) Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang
bersifat stabil/tidak stabil. (c) Keberhasilan/ kegagalan itu dipandang sebagai
sesuatu yang dapat dikendalikan/ tidak dapat dikendalikan.
Ø Atribusi untuk sukses dan gagal
Teori
atribusi pada dasarnya menjelaskan 4 hal : kemampuan, usaha, kesulitan tugas,
dan keberuntungan. Atribusi kemampuan dan usaha berasal dari dalam individu, atribusi
kemampuan dan usaha berasal dari dalam individu, atribusi kesulitan tugas dan
keberuntungan berasal dari luar individu. Kemampuan bersifat relatif stabil,
tidak berubah, dan usaha dapat berubah. Secara sama, kesulitan tugas tugas
bersifat stabil, sementara itu keberuntungan bersifat tidak stabil dan tidak
dapat diprediksikan.
a. Lokasi pengendalian (Locus of Control)
Konsep utama teori
atribusi adalah lokasi kontrol (locus of control). Lokasi pengendalian ini
sangat penting untuk menjelaskan kinerja peserta didik di sekolah. Peserta
didik yang memiliki lokasi pengendalian internal yang tinggi akan memeperoleh
nilai ujian yang baik dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki lokasi
pngendalian internal rendah, meskipun memiliki intelegensi yang sama. Lokasi
pengendalian pada dasarnya dapat berubah, dan perubahan itu dapat terjadi
karena situasi tertentu.
b. Implikasi dalam pendidikan
Teori atribusi memegang
peranan penting dalam memahami cara-cara peserta didik menafsirkan dan
menggunakan balikan atas kinerja akademiknya dan memberikan saran kepada
pendidik tentang cara-cara memberi balikan sehingga memiliki nilai motivasional
yang tinggi.
Untuk mengatasi
kurangnya motivasi peserta didik seperti itu, ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan oleh peserta didik:
i. Mengkomunikasikan sistem penilaian yang
akan diterapkan kepada peserta didik.
ii. Pendidik menyampaikan harapannya bahwa
seluruh peserta didik dapat belajar dengan baik, dan menyatakan pula bahwa
keberhasilan yang akan dicapai oleh peserta didik adalah tergantung pada
usahanya sendiri.
iii. Penerapan pembelajaran individualisasi
agar peserta didik dapat menilai kemajuannya sendiri.
6. Teori harapan
Rumus motivasi yang
mulanya dikembangkan oleh Edwards kemudian dilanjutkan Atkinson :
M = P x I
Dimana :
M = Motivasi
P = Probabilitas yang
diyakini untuk berhasil
I = nilai intensif yang diperoleh atas
keberhasilan yang akan dicapai
Rumus tersebut disebut
teori harapan atau model ekspentansivalensi, karena motivasi ini tergantung
pada harapan anak terhadap hadiah. Dalam arti, motivasi anak untuk memperoleh
sesuatu adalah tergantung pada produk dari estimasinya terhadap peluang
mencapai keberhasilan 9peluang yang diyakini untuk berhasil), dan nilai yang
ditempatkan atas keberhasilan yang dicapai (nilai intensif yang dicapai).
Aspek penting dalam
teori harapan adalah bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu, probabilitas
keberhasilan yang sangat tinggi akan dapat menjadi pengganggu motivasi. Dalam
hal ini ada hubungan antara probabilitas keberhasilan dengan nilai intensif
atas keberhasilan yang dicapai, dan keberhasilan yang diperoleh pada
tugas-tugas belajar yang dipandang mudah tidak memiliki nilai sama dengan
keberhasilan yang diperoleh pada tugas-tugas belajar yang dipandang sukar.
Teori harapan ini
memilik implikasi penting bagi pendidikan, yaitu tugas-tugas yang diberikan
kepada peserta didik hendaknya tidak terlalu sukar ataupun mudah. Teori ini
lebih mementingkan pada kriteria keberhasilan sebagaimana pada bidang
penilaian. Oleh karena itu pencapaian nilai pada suatu mata pelajaran hendaknya
hanya dapat dicapai oleh peserta didik yang benar-benar menunjukkan usaha
keras.
7. Teori motivasi berprestasi
Salah satu teori
motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprrestasi, yakni
kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan
yang mengarah pada kesuksesan/ kegagalan.
Motivasi berprestasi
merupakan keinginan untuk memperoleh keberhasilan dan berpartisipasi aktif
didalam suatu kegiatan. Keberhasilan yang dipandang sebagai buah dari usaha dan
kemampuan personal yang dicurahkan dalam mengerjakan tugas. Nicholls (1984)
dalam mengkaji motivasi berprestasi mengklasifikasikan peserta didikyang
berorientasi pada tujuan belajar (learning goals atau mastery goals) dan
peserta didik yang berorientasi pada tujuan kinerja (performance goals).
Peserta didik yang berorientasi pada motivasi tujuan belajar pada umumnya
tujuan bersekolah adalah memperoleh kompetensi atas keterampilan yang diajarkan.
Sebaliknya, peserta didik yang berorientasi pada tujuan kinerja yang dicapai
dan menghindari penilaian negatif.
mcClelland menyatakan
bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi sama namun memiliki orientasi
belajar yang berbeda, yakni berorientasi pada tujuan belajar, kinerja mereka
didalam kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan.
a. Ketidak berdayaan dalam belajar
Bentuk ekstrim dari
motif untuk menghindari kegagalan disebut ketidakberdayaan dalam belajar
(learned helplesness). Ketidakberdayaan dalam belajar muncul timbul dari
inkonsistensi konsistenan, penggunaan penghargaan yang tidak dapat
diprediksikan, dan hukuman yang diberikan oleh pendidik, sehingga peserta
merasa kecil peluangnya untuk berhasil.
Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam membantu peserta didik yang mengalami ketidakberdayaan
dalam belajar adalah sebagai berikut:
i. Penekanan pada tindakan positif
Peserta didik mempunyai
kelebihan dan gunakan kelebihan itu untuk menciptakan prestasi.
ii. Pengurangan tindakan negatif
Jangan memainkan
kelemahan peserta didik. Jelaskan secara langsung kepadanya secara bijaksana.
Diskusikan semua persoalan kepada peserta didik agar ditemukan jalan keluar
yang terbaik tanpa harus memainkan kelemahan peserta didik.
iii. Diskoveri terbimbing (guided discovery)
Pembelajaran penemuan terbimbing
merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran, namun dalam proses penemuan peserta didik
mendapat bantuan atau bimbingan dari pendidik, agar mereka lebih terarah
sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai
terlaksana dengan baik. Bimbingan yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar
peserta didik dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan
prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198451-pengertian-metode-penemuan-terbimbing/#ixzz2V4IvsJPW
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198451-pengertian-metode-penemuan-terbimbing/#ixzz2V4IvsJPW
iv. Ciptakan tantangan dalam belajar
Menciptakan tantangan dalam belajar
dimaksudkan agar peserta daiak secara aktif merumuskan masalah dan
memecahkannya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
b. Implikasi dalam pendidikan
Temuan beberapa
penelitian tentang tentang motivasi berprestasi dapat memberikan implikasi
penting dalam pendidikan.
·
Pendidik
hendaknya meyakinkan kepada peserta didik bahwa belajar merupakan tujuan
akademik.
·
Pendidik
hendaknya menghindari penggunaan sistem intensif/ peilaian yang bersifat
kompetitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar