Pages - Menu

Rabu, 21 Agustus 2013

Kaitan Motivasi dengan Belajar

A.    Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor ysng ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Motivasi berperan sangat penting dalam proses belajar. Menurut beberapa pakar psikologi kata motivasi dikaitkan dengan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat
a.       Memunculkan dan mendorang perilaku
b.      Memberikan arah atau tujuan perilaku
c.       Memberikan peluang terhadap perilaku yang sama
d.      Mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu
Sebagaimana telah dinyatakan bahwa motivasi merupakan komponen paling pentang dalam belajar dan merupakan komponen yang paling sukar untuk diukur. Keinginan untuk belajar merupakan produk dari berbagai faktor, seperti kemampuan, kepribadian, karakteristik tugas belajar,  penghargaan belajar, lingkungan, dan perilaku pendidik. Keikut sertaan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tentu memiliki motivasi. Sehingga tugas pendidik adalah bukan hanya meningkatkan motivasi belajar pada pesrta didik, namun yang lebih penting lagi adalah menemukan, memprakarsai, dan mendorong peserta didik untuk belajar.
Motivasi  merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus (Slavin, 1994). Motivasi juga berasa dari berbagai faktor intrisik dan ekstinsik.
B.     Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Secara sederhanadapat dikatakan bahwa  apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Oleh sebab itu motivasi adalah hal yang sangat penting dalam belajar. Tidak hanya penting saja, namun motivasi juga memberlancar belajar dan hasil belajar.
Motivasi juga merupakan prasarat penting dalam belajar, namun agar aktivitas belajar itu terjadi pada diri anak , ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan pula.
C.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah  teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu :
1.      Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan didalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik, karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga akan membantu seseorang merasa aman disuatu lingkungan yang apda mulanya tempat asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksi secara lebih otomatis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang bersifat unik.

2.      Kebutuhan.
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan. Semua orang merasakan kebutuhan yang tidak pernah berakhir. Kebutuhan mana yang dialami peserta didik sekarang ini akan bergantung pada sejarah belajar individu, situasi sekarang, dan kebutuhan terakhir yang dipenuhi. Beberapa kebutuhan tampak lebih dominan dan berkesinambungan (untuk istirahat dan rasa aman), sementara kebutuhan lainnya kurang dapat dipahami (untuk dapat dipahami dan dikelola).
Kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakn kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi persaan yang menekan didalam memenuhi kebutuhannya. Pendekatan yang paling terkenal terhadap konsep kebutuhan adalah yang dikembangkan oleh Maslow. Teori holistik dan dinamik ini mengasumsikan bahwa pemenuhan kebutuhan merupakan prinsip yang penting dan mendasari perkembangan manusia.

3.      Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan didalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Manusia secara alamiah selalu mencari rangsangan Petri dalam laporan penelitian neurofisiologi menyatakan tentang adanya kebutuhan aktual manusia terhadap rangsangan. Dinyatakan bahwa rangsangan dapat meningkatkan aktivitas otak dan mendorong seseorang untuk menangkap dan menjelaskan lingkungannya.

4.      Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional- kecemasan, kepedulian, dan pemilikan- dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahwa emosi merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi menerima gagasan bahwa pikiran dan perasaan itu berinteraksi dan juga memandu pada perubahan perilaku. Weiner (1980) yang dinyatakan sebagai pakar psikologi kognitif, menyatakan bahwa perasaan didalam dan pada diri individu dapat memotivasi perilaku. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong peserta didik untuk belajar keras. Integritas emosi dan berfikir peserta didik itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.

5.      Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginn untuk memeperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha untuk berinterkasi dengan lingkungannya secara efektif.
Didalam situasi pembelajaran, rasa kompetensi pada peserta didik akan timbul apabilamenyadari bahwa pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Kompetensi juga memeberikan peluang pada kepercayaan diri untuk berkembang dan memeberikan dukungan emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai ketrampilan dan pengetahuan yang baru.

6.      Penguatan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah mengemukakan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif.
Dalam teori penguatan, pengutan positif memainkan peranan penting. Penguatan positif menggambarkan konsekuensi atas peristiwa itu sendiri. Penguatan positif dapat berbentuk nyata, misalnya uang atau dapat berupa sosial, seperti afeksi. Penguatan negatif merupakan stimulus afersi ataupun peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya. Contoh penguatan negatif misalnya pendidik menyatakan kepada peserta didik bahwa gaya membaca siswa pada waktu membaca sangat membosankan sehingga harus dihentikan.

D.    Teori-teori motivasi
Berikut disajikan tentang teori-teori kontemporer tentang motivasi yang menjelaskan alasan-alasan tentang mengapa anak melakukan sesuatu. Beberapa teori yang dibahas berikut adalah :
1.      Teori belajar behavioral
Konsep motivasi erat hubungan dengan suatu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat (reinforced) dimasa lalu adalah lebih mungkin diulangi lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum. Para pakar behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan. Dengan menggunakan konsep motivasi ini, para pakar behaviorisme menggambarkan situasi tersebut untuk mengajarkan peserta didik belajar.
a.       Hadiah dan penguatan.
Alasan mengapa sejarah penguatan tidak cukup mampu menjelaskan motivasi adalah karena motivasi manusia itu sangatn kompleks dan terbatas pada lingkungan. Pada umumnya anak beranggapan bahwa menjadi seseorang pendidik baru yang pegawai negeri sebesar satu juta rupiah per bulan. Itu merupakan penguatan (Reinforcement). Namun nilai nominal akan berbeda fungsi bila dikaitkan dengan berbagai kondisi.
b.      Menetapkan nilai penguatan
Untuk menentukan nilai penguatan dari suatu hadiah tidak dapat ditetapkan secara tepat. Seringkali sulit untuk menentukan motivasi peserta didik dalam mengerjakan tugas, kemudian mereka berhasil. Oleh karena itu, seringkali sulit untuk menentukan motivasi peserta didik berdasarkan perilaku yang ditunjukkan, karena banyak motivasi yang dapat mempengaruhi perilakunya. Kadang-kadang satu jenis motivasi dapat menentukan perilaku, namun pada saat yang lain banyak motivasi yang berpengaruh terhadap perilaku. Karena kompleksnya motivasi manusia, teori behavioristik sangat terbatas untuk digunakan dalam menjelaskan motivasi.
2.      Teori kebutuhan manusia
Abraham Maslow menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Banyak kebutuhan dasar yang semuanya harus dipenuhi, seperti makan, cinta, rasa aman, dan perawatan harga diri yang positif. Setiap anak berbeda kepentingannya didalam memenuhi kebutuhannya. Beberapa anak ada yang lebih membutuhkan rasa afeksi dan perhatian, sementara yang lain memiliki kebutuhan psikologis dan keamanan.
Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan (deficiency needs) dan meta kebutuhan, kebutuhan untuk pertumbuhan (growth needs).
a.       Hirarki kebutuhan dari Maslow
Konsep penting yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan kekurangan (deficiency needs) dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan kekurangan ini harus dipenuhi. Apabila sudah terpenuhi, maka motivasi anak untuk melanjutkan pemenuhannya akan menurun. Berbeda dengan itu, kebutuhan pertumbuhan, seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, mengapresiasi keindahan, atau perumbuhan dan perkembangan mengapresiasi anak lain, tidak pernah dipenuhi secara sempurna.
b.      Aktualisasi diri
Aktualisasi diri ditandaioleh adanya penerimaan diri dan anak lain spontanitas, terbuka, relatif tegas namun demokratis. Maslow menempatkan dorongan akutualisasi diri pada hierarki kebutuhan yang paling tinggi, pencapaian kebutuhan yang paling penting itu tergantung pada seluruh kebutuhan yang ada dibawahnya.
c.       Implikasi dalam pendidikan
Pentingnya teori Maslow pada pendidik adalah tentang hubungan antara kebutuhan akan kekurangan dan kebutuhan akan pertumbuhan. Peserta didik akan sangat lapar dan sedang menghadapi keadaan bahay fisik, akan memiliki sedikit energi psikologis dalam belajar. Untuk mengatasi masalah seperti itu, akhir-akhir ini pemerintah telah mengupayakan pemberian makanan tambahan bagi para peserta didik yang berasal dari masyarakat kurang mampu.
3.      Teori disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri  yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Misalnya jika anak memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang baik dan jujur, maka anak itu akan berperilakubaik dan jujur walaupun tidak ada anak lain yang melihatnya.
a.       Eksperimen festinger
Festinger menggunakan sampel peserta didik untuk mengerjakan yang membosankan 
b.      Implikasi dalam pendidikan
Teori disonansi kognitif seringkali diterapkan dalam proses pembelajaran ketika peserta didik menerima balikan yang tidak menyenangkan atas kinerja akademik yang diperoleh.
4.      Teori kepribadian

5.      Teori atribusi
Teori ini berupaya memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama apabila diterapkan pada keberhasilan/ kegagalan anak. Weiner menyatakan ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan/keberhasilan anak : (a) Penyebab keberhasilan dan  kegagalan itu dipandang dari dalam atau dari luar. (b) Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang bersifat stabil/tidak stabil. (c) Keberhasilan/ kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan/ tidak dapat dikendalikan.
Ø  Atribusi untuk sukses dan gagal
Teori atribusi pada dasarnya menjelaskan 4 hal : kemampuan, usaha, kesulitan tugas, dan keberuntungan. Atribusi kemampuan dan usaha berasal dari dalam individu, atribusi kemampuan dan usaha berasal dari dalam individu, atribusi kesulitan tugas dan keberuntungan berasal dari luar individu. Kemampuan bersifat relatif stabil, tidak berubah, dan usaha dapat berubah. Secara sama, kesulitan tugas tugas bersifat stabil, sementara itu keberuntungan bersifat tidak stabil dan tidak dapat diprediksikan.
a.       Lokasi pengendalian (Locus of Control)
Konsep utama teori atribusi adalah lokasi kontrol (locus of control). Lokasi pengendalian ini sangat penting untuk menjelaskan kinerja peserta didik di sekolah. Peserta didik yang memiliki lokasi pengendalian internal yang tinggi akan memeperoleh nilai ujian yang baik dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki lokasi pngendalian internal rendah, meskipun memiliki intelegensi yang sama. Lokasi pengendalian pada dasarnya dapat berubah, dan perubahan itu dapat terjadi karena situasi tertentu.
b.      Implikasi dalam pendidikan
Teori atribusi memegang peranan penting dalam memahami cara-cara peserta didik menafsirkan dan menggunakan balikan atas kinerja akademiknya dan memberikan saran kepada pendidik tentang cara-cara memberi balikan sehingga memiliki nilai motivasional yang tinggi.
Untuk mengatasi kurangnya motivasi peserta didik seperti itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh peserta didik:
                                                     i.     Mengkomunikasikan sistem penilaian yang akan diterapkan kepada peserta didik.
                                                   ii.     Pendidik menyampaikan harapannya bahwa seluruh peserta didik dapat belajar dengan baik, dan menyatakan pula bahwa keberhasilan yang akan dicapai oleh peserta didik adalah tergantung pada usahanya sendiri.
                                                 iii.     Penerapan pembelajaran individualisasi agar peserta didik dapat menilai kemajuannya sendiri.

6.      Teori harapan
Rumus motivasi yang mulanya dikembangkan oleh Edwards kemudian dilanjutkan Atkinson :
M = P x I
Dimana :
M = Motivasi
P = Probabilitas yang diyakini untuk berhasil
I =  nilai intensif yang diperoleh atas keberhasilan yang akan dicapai
Rumus tersebut disebut teori harapan atau model ekspentansivalensi, karena motivasi ini tergantung pada harapan anak terhadap hadiah. Dalam arti, motivasi anak untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung pada produk dari estimasinya terhadap peluang mencapai keberhasilan 9peluang yang diyakini untuk berhasil), dan nilai yang ditempatkan atas keberhasilan yang dicapai (nilai intensif yang dicapai).
Aspek penting dalam teori harapan adalah bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu, probabilitas keberhasilan yang sangat tinggi akan dapat menjadi pengganggu motivasi. Dalam hal ini ada hubungan antara probabilitas keberhasilan dengan nilai intensif atas keberhasilan yang dicapai, dan keberhasilan yang diperoleh pada tugas-tugas belajar yang dipandang mudah tidak memiliki nilai sama dengan keberhasilan yang diperoleh pada tugas-tugas belajar yang dipandang sukar.
Teori harapan ini memilik implikasi penting bagi pendidikan, yaitu tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya tidak terlalu sukar ataupun mudah. Teori ini lebih mementingkan pada kriteria keberhasilan sebagaimana pada bidang penilaian. Oleh karena itu pencapaian nilai pada suatu mata pelajaran hendaknya hanya dapat dicapai oleh peserta didik yang benar-benar menunjukkan usaha keras.
7.      Teori motivasi berprestasi
Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprrestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan/ kegagalan.
Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh keberhasilan dan berpartisipasi aktif didalam suatu kegiatan. Keberhasilan yang dipandang sebagai buah dari usaha dan kemampuan personal yang dicurahkan dalam mengerjakan tugas. Nicholls (1984) dalam mengkaji motivasi berprestasi mengklasifikasikan peserta didikyang berorientasi pada tujuan belajar (learning goals atau mastery goals) dan peserta didik yang berorientasi pada tujuan kinerja (performance goals). Peserta didik yang berorientasi pada motivasi tujuan belajar pada umumnya tujuan bersekolah adalah memperoleh kompetensi atas keterampilan yang diajarkan. Sebaliknya, peserta didik yang berorientasi pada tujuan kinerja yang dicapai dan menghindari penilaian negatif.
mcClelland menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi sama namun memiliki orientasi belajar yang berbeda, yakni berorientasi pada tujuan belajar, kinerja mereka didalam kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan.
a.       Ketidak berdayaan dalam belajar
Bentuk ekstrim dari motif untuk menghindari kegagalan disebut ketidakberdayaan dalam belajar (learned helplesness). Ketidakberdayaan dalam belajar muncul timbul dari inkonsistensi konsistenan, penggunaan penghargaan yang tidak dapat diprediksikan, dan hukuman yang diberikan oleh pendidik, sehingga peserta merasa kecil peluangnya untuk berhasil.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam membantu peserta didik yang mengalami ketidakberdayaan dalam belajar adalah sebagai berikut:
                                                i.     Penekanan pada tindakan positif
Peserta didik mempunyai kelebihan dan gunakan kelebihan itu untuk menciptakan prestasi.
                                              ii.     Pengurangan tindakan negatif
Jangan memainkan kelemahan peserta didik. Jelaskan secara langsung kepadanya secara bijaksana. Diskusikan semua persoalan kepada peserta didik agar ditemukan jalan keluar yang terbaik tanpa harus memainkan kelemahan peserta didik.
                                            iii.     Diskoveri terbimbing (guided discovery)
Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, namun dalam proses penemuan peserta didik mendapat bantuan atau bimbingan dari pendidik, agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar peserta didik dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198451-pengertian-metode-penemuan-terbimbing/#ixzz2V4IvsJPW
                                            iv.     Ciptakan tantangan dalam belajar
Menciptakan tantangan dalam belajar dimaksudkan agar peserta daiak secara aktif merumuskan masalah dan memecahkannya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.

b.      Implikasi dalam pendidikan
Temuan beberapa penelitian tentang tentang motivasi berprestasi dapat memberikan implikasi penting dalam pendidikan.
·         Pendidik hendaknya meyakinkan kepada peserta didik bahwa belajar merupakan tujuan akademik.

·         Pendidik hendaknya menghindari penggunaan sistem intensif/ peilaian yang bersifat kompetitif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar