Pages - Menu

Rabu, 21 Agustus 2013

ANDRAGOGI TEKNOLOGI PELIBATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA



MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR ORANG DEWASA

ANDRAGOGI
TEKNOLOGI PELIBATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA


DOSEN PENGAMPU
Dr. ACHMAD RIFAI RC, M.Pd
MU'ARIFUDDIN, S.Pd.


Disusun oleh:

Nur Hidayatun              1201412029
Noor Salamah                1201412046
Falakhul Auliya            1201412048
Andika Pratama            1201412053


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG 2013



ANDRAGOGI : TEKNOLOGI PELIBATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
A.Pengertian Andragogi
Pada abad ke-7 sampai abad ke-12 model asumsi belajar adalah pedagogi (yunani), paid berarti anak dan agogus berarti memimpin atau membimbing. Secara harfiah dapat dikatakan bahwa pedagogi adalah ilmu atau seni mengajar anak. Memasuki abad ke-18 dan abad ke-19 sekolah dasar banyak bersebaran di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Ketika pada tahun 1920an pendidikan orang dewasa mulai terorganisir secara sistematis pendidik mulai mengalamai masalah dalam menerapkan pedagogi diantaranya adalah berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan, pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern karena pendidikan orang dewasa merupakan proses inkuiri sepanjang hayat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Antara tahun 1929-1960 banyak penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai pendidikan orang dewasa pada tahun itu pula berbagai disiplin ilmu lain seperti psikologi klinis, psikologi perkembangan, gerontology, sosiologi dan antropologi yang terakumulasi dalam belajar orang dewasa. Model teoritik ini disebut sebagai Andragogi (yunani), aner berarti manusia dan agogus berarti memimpin atau membimbing.Andragogi merupakan ilmu atau seni membantu orang dewasa belajar. Asumsi yang mendasari andragogi adalah bahwa pertisipan orang dewasa memiliki kebutuhan psikologis yang bukan saja menjadi individu swa-arah (self-directing), melainkan juga kebutuhan untuk diterima oleh orang lain sebagai individu yang mampu mengarahkan dirinya sendiri (self-directing). Dalam model andragogi peran pendidik adalah sebagai teknisian, pembimbing, dan juga narasumber. Pembelajaran yang baik adalah ketetapan management interaksi antara partisipan dengan lingkungannya yang dirancang sesuai urutan aktifitas mengenai materi dan strategi pembelajaran.
B. Andragogi sebagai Teknologi Pelibatan dalam Pembelajaran
            Teori Andragogi dikembangkan oleh Knowles, ia mendeskripsikan bahwa andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Sebagamana dengan aliran humanistic, dia percaya bahwa tindakan belajar paling besar terjadi apabila metode pembelajaran yang digunakan melibatkan pembelajaran didalam inkuri yang diarahkan sendiri oleh partisipan (self-directed inquiry). Asumsinya adalah bahwa partisipan memiliki kebutuhan pikologis yang bukan saja menjadi partisipan swa-arah (self-directed learner) melainkan juga diterima oleh orang lain sebagai individu yang bersifat mandiri. Peran pendidik dalam mewujudkan keberhasilan bagi pendidikan orang dewasa yaitu ;
1.      Pendidik hendaknya tidak memaksakan kehendaknya atau pandangannya kepada partisipan orang dewasa,sebaliknya menempatatkan tanggung jawab belajar ditangan partisipan.
2.      Pendidik harus mampu mengembangkan metode-metode pembelajaran yang memungkinkan partisipan mengakses kebutuhannya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya, berbagi tanggung jawab dalam merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dan menilai program belajarnya sendiri.
3.      Pendidik hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang memiliki kekayaan informasi atau pengalaman belajar sehingga partisipan mampu belajar optimal.
4.      Pendidik hendaknya mampu mempertahankan kondisi interaksi kelompok dimana setiap partisipan dapat memperoleh keuntungan yang maksimum atas tindakannya didalam kelompok.

Ada 4 tahap dalam merancang pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam membuat urutan belajar :
1.      Pendidik dan kelompok partisipan bekerjasama merumuskan model perilaku, kompetensi atau karakteristik yang perlu dilakukan oleh partisipan.
2.      Menyajikan pengalaman belajar yang membantu partisipan mengakses kompetensinya sekarang dengan kompetensinya yang telah dirumuskan dalam model.
3.      Pendidik membantu partisipan menetapkan kesenjangan atas kompetemsi yang dimiliki dengan kompetensi yang telah dirumuskan dalam model.
4.      Berdasarkan pada rumus kesenjangan itu, partisipan didorong untuk mengidentifikasi arah belajarnya untuk memenuhi kebutuhan belajarnya yang diwujudkan dalam bentuk rumusan kesenjangan yang telah ditetapkan sendir. Dengan cara ini, pada akhirnya partisipan akan termotivasi diri utnuk belajar dan akan dengan mudah menerima tanggung jawab arah belajarnya sendiri.
C. Asumsi Andragogi
Knowles (1980) merumuskan beberapa asumsi andragogi sebagai berikut:
1.      Konsep Diri
Yaitu pada dasarnya orang dewasa memandang dirinya mampu mengatur dirinya sendiri. Orang dewasa suka akan situasi belajar yang memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan sehingga mereka akan melakukan proses belajar dengan penuh perlibatan diri secara mendalam.
2.      Peranan Pengalaman Belajar
-         Sebagai akibat dari pengalaman diri sebagai sumber belajar, orang dewasa memiliki kesempatan lebih banyak untuk memberikan kontribusi di dalam proses belajar.
-         Orang dewasa memiliki pengalaman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman baru sehingga mereka cenderung mengambil makna dari pengalaman yang telah dimiliki.
-         Orang dewasa telah memiliki pola berpikir dan kebiasaan yang pasti dan karena itu mereka cenderung kurang terbuka.
3.      Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar merupakan akibat dari peranan sosial yang dilakukan orang dewasa dan masa kesiapan untuk belajar yang dimilikinya. Peranan sosial akan selalu berubah sejalan dengan perubahan masa kedewasaan sehingga mengakibatkan perubahan dalam kesiapan belajar.
4.      Orientasi Belajar
Yaitu bahwa orang dewasa memiliki perspektif untuk secepatnya menerapkan apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai proses peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi.


D. Implikasi Asumsi Dalam Praktik POD
  1. Konsep Diri
 a. Suasana belajar
Konsep ini memberikan implikasi bahwa lingkungan belajar harus bersifat kondusif. Sehingga mampu memberikan kesenangan orang dewasa untuk belajar .
b. Diagnosis Kebutuhan Belajar
Model diagnosis yang paling banyak digunakan adalah model kompetensi atau analisis jabatan.
c. Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan perencanaan ini terdiri dari penerjemahan kebutuhan yang telah di diagnosis ke dalam tujuan pembelajaran, meancang dan melaksanakan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Pelaksanaan Pengalaman Belajar
Peranan pendidik adalah sebagai teknisi prosedural. Dengan demikian pendidik tugasnya adalah membantu orang dewasa untuk melaksanakan belajar.
e. Evaluasi belajar
Evaluasi dilakukan secara bersama-sama antara pendidik dan orang dewasa. Disamping itu pendidik hendaknya memberikan kesempatan pada orang dewasa untuk mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya dalam menyusun program pembelajaran tahap berikutnya.
2.  Peranan Pengalaman
a. Penekanan Pada Teknik Eksperiental
Karena orang dewasa memiliki sumber belajar yang kaya, maka lebih di tekankan pada teknik-teknik untuk mengungkap pengalaman orang dewasa dan mereka dapat berpartisipasi aktif untuk berperan di dalam proses pembelajaran.
b. Penekanan Pada Penerapan Praktis
Pendidik orang dewasa yang profesional selalu memperhatikan pengalaman yang diperoleh orang dewasa.
c. Belajar Dari Pengalaman
Belajar dari pengalaman adalah hal yang sangat membantu orang dewasa agar mampu melihat diri sendiri secara obyektif.
3.Kesiapan Belajar
a. Waktu Belajar
Pengorganisasian kurikulum hendaknya disesuaikan dengan tahap-tahap tugas perkembangan orang dewasa, bukan sebaliknya sesuai dengan logika materi pembelajaran.
b. Pengelompokan Partisipan
Pengelompokan itu bisa didasarkan pada homogenitas atau heterogenitas karakteristik orang dewasa.
4.Orientasi Belajar
a. Orientasi Pendidik
Pendidik hendaknya beorientasi pada apa yang menjadi perhatian orang dewasa dan kemampuan orang dewasa
b. Pengorganisasian Materi Pembelajaran
Orientasi belajar orang dewasa cenderung terpusat pada masalah, maka urutan belajar orang dewasa adalah tergantung pada bidang-bidang masalah yang dihadapi.
c. Perancangan Pengalaman Belajar
Pada kegiatan awal belajar-mengajar perlu diadakan sensus masalah atau latihan diagnostik melalui partisipasi orang dewasa untuk mengidentifikasi masalah-masalah spesifik yang ingin mereka pecahkan
           

                     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar