MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR ORANG DEWASA
ANDRAGOGI
TEKNOLOGI
PELIBATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
DOSEN
PENGAMPU
Dr. ACHMAD RIFAI RC, M.Pd
MU'ARIFUDDIN, S.Pd.
Disusun oleh:
Nur
Hidayatun 1201412029
Noor
Salamah 1201412046
Falakhul Auliya 1201412048
Andika Pratama 1201412053
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2013
ANDRAGOGI : TEKNOLOGI PELIBATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
A.Pengertian Andragogi
Pada abad ke-7
sampai abad ke-12 model asumsi belajar adalah pedagogi (yunani), paid berarti
anak dan agogus berarti memimpin atau
membimbing. Secara harfiah dapat dikatakan bahwa pedagogi adalah ilmu atau seni
mengajar anak. Memasuki abad ke-18 dan abad ke-19 sekolah dasar banyak
bersebaran di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Ketika pada tahun 1920an
pendidikan orang dewasa mulai terorganisir secara
sistematis pendidik mulai mengalamai masalah dalam menerapkan pedagogi
diantaranya adalah berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan, pendidikan
sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat modern karena pendidikan orang dewasa merupakan proses inkuiri
sepanjang hayat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Antara tahun
1929-1960 banyak penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai pendidikan orang
dewasa pada tahun itu pula berbagai disiplin ilmu lain seperti psikologi
klinis, psikologi perkembangan, gerontology, sosiologi dan antropologi yang
terakumulasi dalam belajar orang dewasa. Model teoritik ini disebut sebagai Andragogi (yunani), aner berarti manusia
dan agogus berarti memimpin atau
membimbing.Andragogi merupakan ilmu atau seni membantu orang dewasa belajar.
Asumsi yang mendasari andragogi adalah bahwa pertisipan orang dewasa memiliki
kebutuhan psikologis yang bukan saja menjadi individu swa-arah
(self-directing), melainkan juga kebutuhan untuk diterima oleh orang lain
sebagai individu yang mampu mengarahkan dirinya sendiri (self-directing). Dalam
model andragogi peran pendidik adalah sebagai teknisian, pembimbing, dan juga
narasumber. Pembelajaran yang baik adalah ketetapan management interaksi antara
partisipan dengan lingkungannya yang dirancang sesuai urutan aktifitas mengenai
materi dan strategi pembelajaran.
B.
Andragogi sebagai Teknologi Pelibatan dalam
Pembelajaran
Teori
Andragogi dikembangkan oleh Knowles, ia mendeskripsikan bahwa andragogi sebagai seni dan ilmu
membantu orang dewasa belajar. Sebagamana dengan aliran humanistic, dia percaya
bahwa tindakan belajar paling besar terjadi apabila metode pembelajaran yang
digunakan melibatkan pembelajaran didalam inkuri yang diarahkan sendiri oleh
partisipan (self-directed inquiry). Asumsinya adalah bahwa partisipan memiliki
kebutuhan pikologis yang bukan saja menjadi partisipan swa-arah (self-directed
learner) melainkan juga diterima oleh orang lain sebagai
individu yang bersifat mandiri. Peran
pendidik dalam mewujudkan keberhasilan bagi pendidikan orang dewasa yaitu ;
1. Pendidik
hendaknya tidak memaksakan kehendaknya atau pandangannya kepada partisipan orang
dewasa,sebaliknya menempatatkan tanggung jawab belajar ditangan partisipan.
2. Pendidik
harus mampu mengembangkan metode-metode pembelajaran yang memungkinkan
partisipan mengakses kebutuhannya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya,
berbagi tanggung jawab dalam merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dan
menilai program belajarnya sendiri.
3. Pendidik
hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang memiliki kekayaan informasi
atau pengalaman belajar sehingga partisipan mampu belajar optimal.
4. Pendidik
hendaknya mampu mempertahankan kondisi interaksi kelompok dimana setiap
partisipan dapat memperoleh keuntungan yang maksimum atas tindakannya didalam
kelompok.
Ada
4 tahap dalam merancang pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh pendidik
dalam membuat urutan belajar :
1. Pendidik
dan kelompok partisipan bekerjasama merumuskan model perilaku, kompetensi atau
karakteristik yang perlu dilakukan oleh partisipan.
2. Menyajikan
pengalaman belajar yang membantu partisipan mengakses kompetensinya sekarang
dengan kompetensinya yang telah dirumuskan dalam model.
3. Pendidik
membantu partisipan menetapkan kesenjangan atas kompetemsi yang dimiliki dengan
kompetensi yang telah dirumuskan dalam model.
4. Berdasarkan
pada rumus kesenjangan itu, partisipan didorong untuk mengidentifikasi arah
belajarnya untuk memenuhi kebutuhan belajarnya yang diwujudkan dalam bentuk
rumusan kesenjangan yang telah ditetapkan sendir. Dengan cara ini, pada
akhirnya partisipan akan termotivasi diri utnuk belajar dan akan dengan mudah
menerima tanggung jawab arah belajarnya sendiri.
C. Asumsi Andragogi
Knowles
(1980) merumuskan beberapa asumsi andragogi sebagai berikut:
1.
Konsep
Diri
Yaitu
pada dasarnya orang dewasa memandang dirinya mampu mengatur dirinya sendiri. Orang
dewasa suka akan situasi belajar yang memperlakukan mereka dengan penuh
penghargaan sehingga mereka akan melakukan proses belajar dengan penuh
perlibatan diri secara mendalam.
2.
Peranan
Pengalaman Belajar
-
Sebagai akibat
dari pengalaman diri sebagai sumber belajar, orang dewasa memiliki kesempatan
lebih banyak untuk memberikan kontribusi di dalam proses belajar.
-
Orang dewasa
memiliki pengalaman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman baru
sehingga mereka cenderung mengambil makna dari pengalaman yang telah dimiliki.
-
Orang dewasa
telah memiliki pola berpikir dan kebiasaan yang pasti dan karena itu mereka
cenderung kurang terbuka.
3.
Kesiapan
Belajar
Kesiapan belajar
merupakan akibat dari peranan sosial yang dilakukan orang dewasa dan masa
kesiapan untuk belajar yang dimilikinya. Peranan sosial akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masa kedewasaan sehingga mengakibatkan perubahan dalam
kesiapan belajar.
4.
Orientasi
Belajar
Yaitu bahwa orang
dewasa memiliki perspektif untuk secepatnya menerapkan apa yang telah
dipelajari. Oleh karena itu pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai
proses peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi.
D. Implikasi Asumsi Dalam Praktik
POD
1. Konsep Diri
a. Suasana belajar
Konsep
ini memberikan implikasi bahwa lingkungan belajar harus bersifat kondusif.
Sehingga mampu memberikan kesenangan orang dewasa untuk belajar .
b. Diagnosis Kebutuhan Belajar
Model
diagnosis yang paling banyak digunakan adalah model kompetensi atau analisis jabatan.
c. Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan
perencanaan ini terdiri dari penerjemahan kebutuhan yang telah di diagnosis ke
dalam tujuan pembelajaran, meancang dan melaksanakan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan tersebut.
d. Pelaksanaan Pengalaman Belajar
Peranan
pendidik adalah sebagai teknisi prosedural. Dengan demikian pendidik tugasnya
adalah membantu orang dewasa untuk melaksanakan belajar.
e. Evaluasi belajar
Evaluasi
dilakukan secara bersama-sama antara pendidik dan orang dewasa. Disamping itu
pendidik hendaknya memberikan kesempatan pada orang dewasa untuk mendiagnosis
kembali kebutuhan belajarnya dalam menyusun program pembelajaran tahap
berikutnya.
2. Peranan Pengalaman
a. Penekanan Pada Teknik
Eksperiental
Karena
orang dewasa memiliki sumber belajar yang kaya, maka lebih di tekankan pada
teknik-teknik untuk mengungkap pengalaman orang dewasa dan mereka dapat
berpartisipasi aktif untuk berperan di dalam proses pembelajaran.
b. Penekanan Pada Penerapan Praktis
Pendidik
orang dewasa yang profesional selalu memperhatikan pengalaman yang diperoleh
orang dewasa.
c. Belajar Dari Pengalaman
Belajar
dari pengalaman adalah hal yang sangat membantu orang dewasa agar mampu melihat
diri sendiri secara obyektif.
3.Kesiapan
Belajar
a. Waktu Belajar
Pengorganisasian
kurikulum hendaknya disesuaikan dengan tahap-tahap tugas perkembangan orang
dewasa, bukan sebaliknya sesuai dengan logika materi pembelajaran.
b. Pengelompokan Partisipan
Pengelompokan
itu bisa didasarkan pada homogenitas atau heterogenitas karakteristik orang
dewasa.
4.Orientasi
Belajar
a. Orientasi Pendidik
Pendidik
hendaknya beorientasi pada apa yang menjadi perhatian orang dewasa dan
kemampuan orang dewasa
b. Pengorganisasian Materi
Pembelajaran
Orientasi
belajar orang dewasa cenderung terpusat pada masalah, maka urutan belajar orang
dewasa adalah tergantung pada bidang-bidang masalah yang dihadapi.
c. Perancangan Pengalaman Belajar
Pada
kegiatan awal belajar-mengajar perlu diadakan sensus masalah atau latihan
diagnostik melalui partisipasi orang dewasa untuk mengidentifikasi
masalah-masalah spesifik yang ingin mereka pecahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar