Pages - Menu

Selasa, 15 Juli 2014

Asas dan Teknik Kepemimpinan



Masyarakat modern sekarang ini sangat  berkepentingan dengan kepemimpinan yang baik, yang mampu menuntun organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern; sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas. Manajemen modern di dunia bisnis dan industry, juga kepemimpinan di birokrasi pemerintahan serta kepemudaan pada zaman sekarang tidak bisa dipandang sebagai bentuk perkepalaan yang murni hierarki formal saja, dengan sifat-sifatnya yang hierarki dan objektif formal. Sebab, manusia modern zaman sekarang ini justru berkepentingan sekali dengan kepemimpinan yang baik, dengan ciri-ciri karakteristiknya yang informal, pribadi dan individual, yang jelas dapat dibedakan dari pemimpin yang buruk atau tidak efisien.
Kepemimpinan itu hendaknya jangan terlalu berat dinilai dari segi-segi prestasi materiilnya saja. Akan tetapi, juga harus ikut dipertimbangkan pengaruh baik atau akibat buruk apa yang mereka timbulkan bagi kesejahteraan jasmani-ruhani anak buah dan pengikut-pengikutnya, atau bagi manusia pada umumnya. Pemimpin itu pada umumnya merefleksikan sifat-sifat dan tujuan dari kelompoknya.Jadi, pemimpin itu sedikit atau banyak pasti merupakan epitome (ringkasan pendek) dari sikap mental kelompoknya pada saat itu.
Bagaimanakah fungsi dan asas kepemimpinan itu? Fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik memberikan supervise/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dalam tugas-tugas kepemimpinan tersebut pula pemberian insentif sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Insentif materiil dapat berupa uang sekuritas fisik, jaminan social, jaminan kesehatan, premi, bonus, dan lain-lain.Juga bisa diwujudkan dalam bentuk insentif social, berupa promosi jabatan, status social tinggi, martabat diri, prestise social, dan lain-lain.
Asas-asas kepemimpinanialah :
1)      Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusian, yaitu pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan-tujuan human.
2)      Efisien, efisiensi teknis maupun social, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi, dan jumlah manusia; atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.
3)      Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.
Teori dan teknik kepemimpinan
Penguasaan teknik-teknik kepemimpinan ini akan mendorong setiap pemimpin dan anggota kelompok untuk melaksanankan segenap tugas dan kewajiban dengan kesadaran serta tanggung jawab.
Teknik kepemimpinan ialah kemampuan dan ketrampilan teknis serta social pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada praktik kehidupan serta praktik organisasi, yaitu : melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari, dan semua peralatan yang dipakai.
Teknik kepemimpinan ini antara lain ialah :
1.      Etika profesi pemimpin dan etiket.
2.      Kebutuhan dan motivasi (manusia).
3.      Dinamika kelompok.
4.      Komunikasi.
5.      Kemampuan pengambilan keputusan.
6.      Keterampilan berdiskusi dan “permainan” lainnya.
Etika profesi pemimpin dan etiket
Paul E. Torgersen dalam bukunya Management, an integrated Approach menyatakan profesi sebagai satu lapangan kegiatan (a field of activity) terdapat lima kriteria, yaitu :
-          Pengetahuan (knowledge),
-          Aplikasi yang komponen (competent application),
-          Tanggung jawab social (social responsibility),
-          Pengontrolan diri,
-          Sanksi masyarakat (community sanction)
Profesi adalah vak, pekerjaan (beroep) yang dilakukan oleh seseorang.Jika kepemimpinan itu harus dijadikan satu profesi, dan oleh tugas-tugasnya yang berat pemimpin tersebut mendapatkan imbalan materiil dan imateriil tertentu, maka sebagai konsekuensinya pada dirinya bisa dikenakan sanksi-sanksi tertentu.Karena itu profesi kepemimpinan selalu menyandang nilai-nilai dan pengenaan sanksi tersebut.
Etika adalah penyelidikan filosofi mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan tentang hal-hal yang baik dan buruk jadi penyelidikan tentang bidang moral.Maka etika juga didefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral.
Etika profesi pemimpin ialah pembahasan mengenai :
-          Kewajiban-kewajiban pemimpin,
-          Tingkah laku pemimpin yang baik, dan dapat dibedakan dari
-          Tingkah laku yang buruk, serta
-          Moral pemimpin.
Etika profesi kepemimpinan itu mengandung kriteria sebagai berikut :
1)      Pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan social, kemahiran teknis, serta pengalaman,
2)      Sehingga dia kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinannya, di samping
3)      Mampu bersikap susila dan dewasa. Sehingga dia selalu bertanggung jawab secara etis/susila, mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, dan memiliki tanggung jawab social yang tinggi. Sikap susila/moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab berdasarkan kebebasan pibadinya atau asas otonomi.
4)      Memiliki kemampuan mengontrol diri yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan. Sehingga memunculkan sikap moral yang baik dan bertanggung jawab.
5)      Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan). Sekaligus pemimpin juga harus mampu menciptakan nilai-nilai yang tinggi atau berarti. Nilai adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.
6)      Dikenai sanksi. Adanya norma perintah dan larangan yang harus ditaati oleh pemimpin demi kesejahteraan hidup bersama dan demi efisiensi organisasi, maka segenap tindakan dan kesalahan pemimpin itu dikontrol.
Sikap moral pemimpin adalah sikap yang bertanggung jawab moral, berdasarkan otonomi, yang menuntut agar dia selalu bersikap kritis dan realistis.Sikap kritis ini perlu juga ditujukan kepada macam-macam kekuatan, kekuasaan, dan otoritas yang terdapat di tengah masyarakat, yang digunakan sebagai cermin perbandingan supaya dia tidak melakukan kesalahan, atau tidak salah langkah.
Dengan demikian etika profesi pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin untuk selalu :
a)      Bersikap kritis dan rasional, berani mengemukakan pendapat sendiri dan berani bersikap tegas sesuai dengan rasa tanggung jawab etis (susila) sendiri.
b)      Bersikap otonom (bebas, tanpa dipaksa atau “dibeli”, mempunyai “pemerintahan-diri”, berhak untuk membuat norma dan hokum sendiri sesuai dengan suara hati nurani yang tulus bersih).
c)      Memberikan pemerintah-pemerintah dan larangan-larangan yang adil dan harus ditaati oleh setiap lembaga dan individu.
Selanjutnya, moralitas tinggi di kalangan para anggota organisasi akan dapat dipupuk, apabila mereka itu merasa dihargai oleh pemimpinnya, tidak diabaikan, dan mendapatkan pujian tertentu dari pemimpin.
Erat kaitannya dengan etika profesi kepemimpinan ialah etiket yang harus ditetapkan oleh pemimpin. Etiket ialah “unggah-ungguh” atau aturan-aturan konvensional mengenai tingkah laku individu dalam masyarakat beradab merupakan tata cara formal atau tata karma lahiriah untuk mengatur relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu.
etiket pemimpin itu sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendidikan dan sivilisasi pribadi pemimpin. Kemudian, etiket juga didukung oleh bermacam-macam nilai, antara lain :
-          Nilai-nilai kesejahteraan dan kebaikan,
-          Nilai kepentingan umum,
-          Nilai kejujuran, kebaikan, dan keterbukaan,
-          Nilai diskresi (discretion = sederhana, penuh piker, mampu membedakan apa yang patut dikatakan dan apa yang harus dirahasiakan),
-          Nilai kesopanan, bisa menghargai orang lain dan diri sendiri.
Kebutuhan, dorongan, dan motivasi
Kebutuhan hidup secara umum dapat di bagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a.       Kebutuhan tingkat vital biologis, antara lain  berupa sandang, pangan, papan atau tempat tinggal, perlindungan/ rasa aman, air, udara, seks, dan lain-lain;
b.      Kebutuhan tingkat sosio-budaya (human-kultural) antara lain berupa empati, simpati, cinta-kasih, pengakuan-diri, penghargaan, status social, prestise, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebutuhan berkumpul dan seterusnya;
c.       Kebutuhan tingkat religious (metafisik, absolut), yaitu kebutuhan merasa terjamin hidupnya, aman sentosa, bahagia di dunia dan akhirat, dan kebutuhan untuk bersatu/manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dorongan ialah desakan yang dialami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.Kuantitas dan kualitas dorongan berbeda-beda pada setiap individu.Pendidikan dan kebiasaan-kebiasaan yang baik ikut mempengaruhi dorongan-dorongan tersebut.
Kebutuhan dan dorongan-dorongan yang tidak atau belum trerpenuhi menyebabkan timbulnya ketegangan-ketegangan.Kebutuhan dan dorongan-dorongan tadi merangsang orang untuk berbuat atau bertingkah laku.Lalu timbullah dinamika, gerak-gerak, usaha, perbuatan, tingkah laku atau praksis (praktik, penerapan ketrampilan).Pemuasan kebutuhan dan praksis itu memberikan rasa lega dan puas.
Mengenai kebutuhan manusia tersebut, Abraham Maslow menyusun hierarkinya, yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, dan membuat dirinya menjadi aktif dinamis, sebagai berikut :
1)      Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
2)      Kebutuhan rasa aman (the savety needs)
3)      Kebutuhan social (the social needs)
4)      Kebutuhan harga diri (the esteem needs)
5)      Kebutuhan aktualisasi-diri (the self-actualization needs)
Secara universal, setiap individu di tengah masyarakat juga di kantor, perusahaan, jawatan, tempat kerja, organisasi, dan lain-lain, mempunyai kebutuhan-kebutuhan biologis dan kebutuhan social itu. Semua kebutuhan tadi “dihayati” melalui insting-insting (naluri), untuk kemudian dipenuhi secara konkret dengan jalan melakukan macam-macam aktivitas atau dinamisme.Hal ini perlu dipahami oleh setiap pemimpin, agar dinamisme manusia itu dapat dikoordinasikan dan disalurkan dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang bgertujuan dan bermakna, sesuai dengan asas dan tujuan organisasi.
Pemimpin yang baik itu wajib memahami kebutuhan-kebutuhan manusiawi tadi baik kebutuhan pribadi sendiri maupun kebutuhan orang lain- anak buah yang dipimpin dan atasan, serta kolega-kolega sederajat, sehingga dia bisa bersikap bijaksana. Dengan demikian dia akan mampu memuaskan semua pihak dan berhasillah semua kepemimpinannya.
Berelson Steiner mendefinisikan motives sebagai “A motive is an inner state that energizes activities or moves (hence motivation) and that directs or channels behavior towards a goal” (satu motif adalah satu keadaan batiniah yang memberikan energi kepada aktivitas-aktivitas antau menggerakkannya karena itu menjadi motivasi mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku pada satu tujuan).
Meuman menbedakan antara, perjuangan motif, dan penentuan motif.Perjuangan motif merupakan usaha mempertimbangkan dengan hati nurani dan akal kemungkinan-kemungkinan untuk melaksanakan satu pilihan di antara beberapa alternatif/kemungkinan motif-motif tadi. Penentuan motif pada proses penentuan motif ada penetuan pelaksanaan pilihan, yaitu motif yang paling menguntungkan dan paling kuat, untuk dilaksanakan dengan segera.
Maka motivasi kerja dan motivasi untuk pemimpin itu bermacam-macam. Ada orang yang didorong oleh motivasi-motivasi rendah dan egoistis, misalnya meraih prestise, status social untuk menonjolkan kelebihan dan kekuatannnya, untuk pamer atau bersifat ekshibisionistis untuk mendapatkan kekayaan dengan cara apa pun juga, untuk memuaskan kesombongan diri (narsistis), dan lain-lain.
Sebaliknya, ada orang yang muncul menjadi pemimpin karena ia didorong oleh motivasi-motivasi luhur atau nobel, misalnya oleh rasa-rasa patriotic, pengabdian, pengorbanan, kebaikan kecintaan kepada rakyat, tidak mementingkan diri sendiri, tetapi demi kepentingan dan kesejahteraan umum, dan lain-lain. Dengan kata lain, barangsiapa memiliki kemampuan yang kuat, harus memiliki motivasi-motivasi yang jelas dan tegas, sehingga mendorong dengan kuat berlangsungnya kemauan.
Dengan demikian pemimpin harus mampu memberikan motivasi yang baik kepada anak buahnya.Berillah kepada anggota-anggota kelompok atau bawahan satu motivasi atau satu kompleks motif-motif tertentu, maka pasti mereka bersedia melakukan perbuatan-perbuatan besar, atau perbuatan kepahlawanan lainnya.
Adapun motivasi yang diberikan oleh pemimpin itu pada umumnya bermaksud untuk:
1.      Meningkatkan asosiasi dan integritasi kelompok serta menjamin keterpaduan
2.      Menjamin efektivitas dan efisiensi kerja semua anggota kelompok
3.      Meningkatkan pertisipasi aktif dan tanggung jawab social semua anggota
4.      Meningkatkan produktivitas semua sector dan anggota kelompok
5.      Menjamin terlaksananya realisasi diri dan pengembangan diri pada setiap anggota kelompok. Dan memberikan kesempatan untuk melakukan ekspresi bebas. 
sumber buku : kepemimpinan abnormal oleh kartini kartono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar