Pages - Menu

Rabu, 13 Maret 2013

Kisah Pecahnya Kaca Mata



Aku bukannya orang yang baik. Karena aku sering mengabaikan nikmat Allah, melalaikan kasih sayang Ibu, seringkali aku mengeluh ini itu. peristiwa pecahnya kacamataku pada tanggal 20 Februari menjadi teguran bagiku. Allah sedang menegurku. Aku semestinya tidak terbawa emosi menanggapi pernyataan ibu hingga aku berujar “Mungkin hal yang paling aku rindu adalah ziarah ke makam bapak.” Aku salah. Dari pernyataan ini aku mengisyaratkan bahwa aku tak merindukan orang lain termasuk ibu. Aku mengingkari nuraniku sendiri. Kenyataannya ketika aku marah, lalu ibu tidak tidur sekamar denganku aku rindu padanya aku menyesali kesalahannku. Tapi aku tak meminta maaf duluan, tapi aku tak mengawali obrolan duluan. Aku anak yang durhaka, anak yang jahat. Hanya karena ibu mengingatkanku pada dosa lamaku, maka aku marah. Semestinya aku lebih bisa bersabar, sadar diri mungkin karena ibu tidak tau. Sore itu aku menangis dalam kamar, hingga aku tanpa sengaja menginjak kaca mataku samapi pecah. Pecahnya kaca mataku, berakibat pada pengeluranku yangbesar di bulan ini. Biaya pondok, has, fotokopi buku ditambah kacamata. Uangku ludes. Tapi aku tidak mau meminta uang pada keluargaku, keluargaku sendiri sedang kesulitan dana karena masku akan menikah. Sampai saat ini dengan uang yang tersisa di dompetku apakah aku mampu pulang dengan biaya sendiri tanggal 20 nanti untuk menghadiri pernikahan masku ? entahlah akan seperti apa jadinya nanti, pokoknya aku sudah janji akan pulang. Aku yakin dengan caraNya Allah mencukupiku seperti dengan caraNya pula Allah menegurku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar