This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Unduh PPt fromSlide Share PLS Bersinergi

Sabtu, 29 Maret 2014

Surat untuk Calon Presiden-Pendidikan Nonformal yang Terabaikan

Semakin dalam aku masuk, semakin aku akan paham kondisi mereka. Semakin kencang aku akan mendengar deru suara hati mereka. Aku ingin menenggelamkan diri diantara mereka dan merangsek maju. Tetaplah semangat wahai pegiat pendidikan non formal. Tetaplah semangat wahai teman-temannku PLS calon pegiat Pendidikan Non Formal.
Tulisan ini aku persembahkan untuk kalian semua. Insyaallah akan dimuat dalam salah satu buku yang diterbitkan oleh Penerbit Meta Kata, merupakan juara tiga dalam even menulis "Surat untuk Calon Presiden" oleh Pena Meta Kata.
Teruntuk calon presiden Republik Indonesia yang saya hormati..
Pendidikan adalah aspek terpenting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Saya percaya Anda setuju, begitu juga dengan saya. Saya percaya Anda juga tau bahwa Indonesia mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Saya percaya Anda tau maksud dan penjabaran dari ketiga jalur pendidikan tersebut. Dan disini saya hanya ingin mengabarkan kepada Anda tentang perasaan saya. Perasaan saya sebagai seseorang yang menggeluti pendidikan nonformal. Seseorang yang merasa bahwa jalur pendidikan yang digelutinya diabaikan dan dianak tirikan oleh jalur pendidikan formal.
Ketika orang mendengar kata pendidikan, yang terlintas di benaknya adalah sebuah jenjang pendidikan formal dari SD hingga perguruan tinggi. Banyak yang mengabaikan sebuah jalur pendidikan yang berpusat pada masyarakat, ya pendidikan nonformal. Sebuah pendidikan yang sudah berjasa besar pada bangsa Indonesia jauh sebelum kita mengenal pendidikan formal. Melalui jalur pendidikan nonformalah buta aksara dapat terentaskan, melalui jalur pendidikan nonformalah peserta didik yang tidak memiliki cukup biaya untuk bersekolah di jalur pendidikan formal yang mengeluarkan biaya besar dengan sebentuk peraturan pendidikan di dalamnya tetap dapat memperoleh pendidikan yang terlayani dalam jalur pendidikan nonformal. Tapi mengapa dibalik jasa-jasanya, jalur pendidikan nonformal tetap saja terabaikan? Peraturan hukum yang tidak berpihak pada PNF. Fasilitas yang tidak merata dan tidak mencukupi bagi para pegiat PNF, anggaran dana pendidikan terutama dari APBD yang seringkali tidak tersedia bagi program PNF, badan induk PNF yang berubah nama hanya demi menuruti tren, dan lain-lain. Saya berharap, Anda dapat lebih memerhatikan PNF untuk Indonesia yang lebih maju.
Biodata penulis
Nama Noor Salamah, lahir di Jepara sekarang sedang menempuh S1 Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Semarang. Dapat dihubungi melalui facebook : salma van licht atau e-mail di salamah_chan@yahoo.com

Senin, 17 Maret 2014

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DENGAN PEMBANGUNAN NASIONAL


MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DENGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Disusun Oleh :
William Rizaldi                                      ( 1201412028 )
Anis Cahyanti                                       ( 1201412021 )
Titi Ivony                                                ( 1201412015 )
Aisiyah Anjar N                                    ( 1201412011 )

Dosen Pengampu :
Hendra Dedi, S.Pd

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR DAN MEMBELAJARKAN



MAKALAH BAB VIII
MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR DAN MEMBELAJARKAN

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Desain Pembelajaran PNF


Disusun Oleh :

Indah Apriyani
Indah Dwi Astorini
Anis Cahyanti
Irene
Wahyu Adzimah 1201412039
Noor Salamah 1201412046
Dimas



PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Kegiatan pembelajaran merupakan pengejawantahan dari penerapan prosedur atau urutan pembelajaran. Dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu dilakukan dengan tiga tahap, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Masing-masing tahapan memegang peranan penting dan kegiatan yang mendahului menjadi prasyarat bagi keberhasilan kegiatan berikutnya. Oleh karena itu agar proses pembelajaran itu dapat berhasil, maka masing-masing tahapan harus dilalui dengan berhasil pula.

1.2  Rumusan Masalah
Disini penulis merumuskan beberapa masalah yang akan kami bahas :
1.      Mejelaskan prosedur pembelajaran
2.      Mejelaskan prosedur pembelajaran kelompok besar
3.      Menjelaskan prosedur pembelajaran kelompok kecil dan perseorangan
4.      Menjelaskan prosedur pembelajaran diskusi kelompok

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Pembelajaran
            Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Tujuan perancangan kegiatan pembelajaran adalah untuk memberikan dukungan terhadap proses belajar. Setiap komponen pembelajaran hendaknya disusun saling berhubugan dan berkaitan dengan proses internal belajar partisipan agar terjadi peristiwa belajar.
            Esensi pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi. Aktivitas komunikasi dapat dilakukan secara mandiri, yakni partisipan melakukan aktivitas belajar mandiri, seperti mengkaji buku; dan dapat pula secara berkelompok seperti halnya proses pembelajaran di kelompok besar. Keuntungan pembelajaran mandiri adalah bahwa partisipan mampu menggunakan keterampilan dan strategi pengelolaan belajar mandiri.

            Dalam pendekatan andragogik, peranan pendidik dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Tugas fasilitator yaitu sebagai pembimbing belajar, model pemecahan masalah, katalisator yang memprakarsai proses belajar, pembantu di dalam proses belajar.
            Langkah-langkah dalam proses pembelajaran orang dewasa umumnya mencakup kegiatan-kegiatan berikut :
1.      Kegiatan Pendahuluan
            Berfungsi untuk menciptakan suasana belajar yang berdampak pada motivasi dan perhatian partisipan terhadap tugas-tugas belajar yang akan diikuti.
a.       Menciptakan iklim belajar yang kondusif
      Menciptakan iklim belajar agar partisipan senang dan termotivasi untuk belajar. Iklim belajar yang kondusif dipengaruhi oleh tata ruang, fasilitas belajar, dan hubungan antar manusia. Cara untuk menumbuhkan motivasi belajar yaitu :

§  Menunjukkan kehangatan dan semanagat.
§  Menimbulkan rasa ingin tahu atau penasaran.
§  Mengemukakan gagasan yang bertentangan.
§  Memperhatikan minat partisipan.
b.      Memberi acuan belajar
      Acuan belajar dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu :
§  Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
§  Menyarankan langkah-langkah yang akan ditempuh.
§  Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas.
§  Mengajukan pertanyaan pemicu belajar.
c.       Membuat kaitan atau jalinan konseptual
      Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pengalaman lama dan pengalaman baru saling bersesuaian satu sama lain. Pada kegiatan pendahuluan fasilitator dapat membuat kaitan antar materi pembelajaran dengan cara :
§  Menyampaikan pertanyaan apersepsi, mengenai materi pembelajaran lama yang telah dipelajari sebelumnya.
§  Merangkum materi pembelajaran yang lama, untuk memetaka materi yang telah dipelajari oleh partisipan.
2.      Kegiatan Inti
            Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah tergantung pada teknik pembelajaran yang akan digunakan. Apabila teknik pembelajaran telah digunakan, maka pendidik hendaknya :
a.       Memberikan bimbingan belajar
Teknik pemberian bimbingan belajar yang biasa dilakukan yaitu memberikan kesempatan partisipan untuk mengajukan beberapa pertayaan. Tugas utama pendidik adalah sebagai narasumber.
b.      Memberikan balikan
Balikan merupakan jawaban yang bersifat mengoreksi atas jawaban yang disampaikan oleh partisipan.

3.      Kegiatan Penutup
            Pendidi hendaknya mampu mengontrol seluruh partisipan. Dalam rangka menutup pembelajaran, ada tiga kegiatan pokok yang seyogyanya dilakukan oleh pendidik, yaitu :
a.       Mengkaji kembali
Kegiatan ini digunakan untuk mengecek apakah materi pembelajaran yang telah dipelajari oleh partisipan telah memenuhi tuntutan andragogik sebagaimana yang diisyaratkan dalam tujuan pembelajaran, maka pada akhir pembelajaran perlu diadakan pengkajian kembali.
b.      Evaluasi hasil belajar
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah ketercapaian tujuan pembelajaran oleh partisipan. Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan antara lain dengan cara :
J  Mendemonstrasikan keterampilan.
J  Menerapkan gagasan baru ke dalam situasi nyata.
J  Mengemukakan pendapat sendiri.
J  Menjawab tes secara tertulis.
c.       Memberikan tindak lanjut
Berfungsi sebagai jembatan penghubung materi dan pengalaman pembelajaran yang diperoleh dengan pengalaman yang akan datang. Peran pendidik adalah memantau kegiatan partisipan dengan cara memberikan kesempatam melaporkan hasil tugas belajarnya.

2.2 Prosedur Pembelajaran Kelompok Besar
            Semua partisipan dalam satu kelompok dianggap memiliki kebutuhan, kemampuan dan kecepatan belajar yang sama dan karena itu diperlakukan secara sama. Sistem pembelajaranya selama ini memungkinkan partisipan menghayati kehidupan sosial yang lebih luas. Dalam pembelajaran kelompok besar umumnya dilakukan dengan ceramah. Dan pembelajaran kelompok besar cenderung menunjukkan komunikasi satu arah.
            Pembelajaran kelompok besar akan efektif apabila :
a.       Menyajikan materi yang belum pernah dikenali oleh paertisipan.
b.      Isi pembelajaran tidak tersedia untuk pembelajaran kelompok kecil.
c.       Terdapat materi pengayaan.
d.      Terdapat pembicara tamu.
e.       Menggunakan media audio visual ataupun transparansi.
f.       Pendidik disamping ceramah juga memberikan pengayaan.
g.      Menggunakan berbagai teknik evaluasi.
            Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam menggunakan kelompok besar, yaitu :
a.       Tujuan pembelajaran hendaknya dirumuskan dengan baik. Beberapa faktor yang patut dipertimbangkan didalam merumuskan tujuan yaitu kemampuan partisipan, ketersediaan ruang belajar, media pembelajaran, sumber belajar, dan faktor yang relevan.
b.      Pembelajaran hendaknya mencakup kebutuhan dan minat, serta memberikan peluang kepada partisipan untuk melakukan uji coba dalam rangka menggali kebutuhan dan minat baru.
c.       Pembelajaran kelompok besar hendaknya menyajikan berbagai materi pembelajaran secara seimbang antara teori dan praktek.
d.      Materi pembelajaran hendaknya dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan minat partisipan.
e.       Materi pembelajaran hendaknya dibatasi sesuai dengan tujuan yang dapat dicapai dalam waktu tertentu.
f.       Materi pembelajaran dapat dideskripsikan sesuai dengan bidang-bidang pengetahuan atau sesuai dengan masalah-masalah fungsional yang akan dipecahkan.
g.      Materi pembelajaran hendaknya dipilih sesuai dengan perkembangan mutakhir yang terjadi di masyarakat.
h.      Kegiatan pembelajaran kelompok besar hendaknya diikuti oleh Tanya jawab, diskusi, ataupun praktek agar partisipan memperoleh pemahaman yang kommmprehensif tentang materi pembelajaran yang disajikan.
i.        Peentuan pembelajaran kelompok besar hendaknya sesuai dengan gaya belajar dan minat partisipan.

2.3 Prosedur Pembelajaran Kelompok Kecil dan Perseorangan
Pembelajaran Kelompok Kecil dan Perseorangan.
1.      Pengertian
Secara fisik pembelajaran kelompok kecil ditandai oleh terbatasnya jumlah partisipan yang dihadapi oleh pendidik, yakni berkisar antara 3-8 orang, dan untuk pembelajaran perseorangan adalah seorang partisipan. Pendidik menghadapi banyak kelompok dan partisipan yang masing-masing memiliki keempatan untuk bertatap muka secara kelompok dan perseorangan. Hubungan ini diwanai oleh hakikat pembelajaran kelompok kecil dan preorangan, yaitu:
a.       Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara pendidik dan partisipan, atau antar partisipan. Interaksi terjadi antara pendidik dan partisipan dan partisipan dengan partisispan.
b.      Partisipan belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan, dan minatnya sendiri.
c.       Partisipan mendapat bantuan dari pendidik sesuai dengan kebutuhannya.
d.      Partisispan diibaratkan di dalam menentukan cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan alat yang akan digunakan, dan tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan pada gambaran hubungan interpersonal itu, maka tidak semua partisipan yang belajar sendiri ataupun yang belajar di dalam kelompok kecil dapat dikatakan berada di dalam suasana pembelajaran kelompok kecil ataupun perseorangan. Untuk mencapai ke arah hubungan interpersonal dalam pembelajaran, seorang pendidik harus lebih banyak sebagai:
1)      Organisator kegiatan pembelajaran;
2)      Sumber iformasi bagi partisipan;
3)      Pendorong partisipan untuk belajar;
4)      Penyedia materi dan kesempatan belajar partisipan;
5)      Pendiagnosis kesulitan belajar partisipan dan memberikan bantuan yang seuai dengan kebutuhannya; dan
6)      Ikut serta menyumbangkan pendapat untuk memecahkan maalah atau mencari suatu kesepakatan sebagaimana seperti yang dilakukan oleh partisipan.
2.      Model-model Pengorganisasian
Pengorganisaian pembelajaran kelompok kecil atau perseorangan adalah bervariasi. Variasi pembelajaran itu harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, hakikat materi, kemampuan parisipan, kemampuan pendidik di dalam mengelola pmbelajaran, dan fasilitas yang tersedia. Berikut disajikan variasi pembelajaran kelompok kecil dan perseorangan:
a.       Model A
Pembelajaran diawali dengan pertemuan kelompok besar untuk memberikan informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam model ini setelah pertemuan kelompok besar, partisipan diberi kesempatan untuk memilih: (a) bekerja dalam kelompok, atau (b) bekerja secara persorangan. Apabila waktu pembelajaran akan berakhir, pembelajaran sebaiknya diakhiri dengan pertemuan kelompok besarkembali sebagai arena untuk berbagai pengalaman, laporan, atau pengukuran hasil kerja.
b.      Model B
Pembelajaran diawali dengan pengarahan di dalam kelompok besar, yang mungkin meliputi informasi dasar, perundingan tentang tugas yang akan dikerjakan, cara kerja, dan sebagainya. Setelah itu partisipan langsung bekerja dalam kelompok kecil melaksanakan kontrak belajar yang dibuat bersama dengan pendidik sampai waktu yang ditetapkan berakhir. Laporan kelompok diserahkan kepada pendidik.
c.       Mode C
Pembelajaran diawali dengan pengarahan atau informasi dalam kelompok besar. Kemudian partisipan langsung bekerja secara perseorangan, dan selanjutnya bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang telah dicapai. Pada akhir pertemuan, setiap kelompok menyerahkan hasilnya kepada pendidik.
d.      Model D
Pembelajaran dimulai dari kelompok besar, kemudian partisipan langsung belajar secara perseorangan sampai batas waktu yang ditetapkan berakhir. Setiap partisipan belajar sesuai dengan kontrak yang telah dibuatnya bersama pendidik dan melaporkan hasilnya kepada pendidik.

3.      Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
Agar dapat menggunakan kelompok kecil dan perseorangan secara efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, antara lain :
a.       Bagi pendidik yang telah terbiasa dengan pembelajaran kelompok besar (klasikal), sebaiknya mulai dengan pembelajaran kelompok kecil, kemudian secara bertahap kepada pembelajaran secara perorangan.
b.      Tidak semua materi pembelajaran dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perseorangan. Hal-hal yang bersifat seperti pengarahan, informasi umum sebaiknya disampaikan dalam kelompok besar.
c.       Dalam pembelajaran kelompok kecil, langkah pertama yang harus dikerjakan oleh pendidik adalah mengorganisir partisipan, sumber belajar, materi, ruangan, dan waktu yang diperlukan.
d.      Kegiatan pembelajaran kelompok kecil yang efektif diakhiri dengan suatu kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, laporan, dan sebagainya yang semuanya itu memungkinkan partisipan saling belajar.
e.       Dalam pembelajaran perseorangan pendidik sangat perlu mengenal partisipan secara pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
f.       Kegiatan pembelajaran dapat berupa belajar bebas dngan bahan yang telah siap pakai, seperti modul, paket belajar, belajar sendiri dengan jadwal yang telah disiapkan sendiri, dan dapat pula belajar dalam kelompok kecil.

4.      Keterampilan-keterampilan yang perlu dimiliki oleh pendidik
Secara principal keterampilan yang dimiliki meliputi: mengadakan pendekatan pribadi, mengorganisir kelompok, membimbing dan memudahkan belajar, dan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
a.       Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi
Salah satu prinsip pembelajaran kelompok kecil dan perseoranga adalah terwujudnya hubungan akrab dan sehat antara pendidik dan partisipan. Hal ini terwujud apabila memiliki keterampilan komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Komunikasi ini memungkinkan pendidik menciptakan suasana hangat, saling menghormati, dan saling menghargai, sehingga partisipan merasa benar-benar bebas dan leluasa mengemukakan semua pikiran dan permasalahan yang dihadapi. Partisipan merasa yakin bahwa pendidik siap mendengarkan dan mempertimbangkan segala pendapatnya dan akan membantu memecahkan masalahnya. Suasana ini akan tercipta apabila pendidik:
·         Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan partisipan.
·         Mendengarkan secara simpatik dan mengelola seluruh gagasan yang dikemukakan oleh partisipan.
·         Memberikan respon yang positif terhadap buah pemikiran partisipan.
·         Membangun hubungan saling menghormati,menghargai, dan mempercayai.
·         Menunjukkan kesiapan membantu partisipan tanpa kecenderungan untuk mendomonasi ataupun mengambil alih tugas partisipan.
·         Menerima perasaan partisipan dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
·         Berusaha mengendalikan situasi sehingga partisipan merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, dan merasa menemukan alternative pemecahan masalah yang dihadapinya.

b.      Keterampilan mengorganisir
Ketika kegiatan belajar sedang berlangsung, peran pendidik adalah sebagai organisator yang mengatur dan membantu kegiatan dari awal sampai akhir. Keterampilan yang perlu dimiliki bagi seorang pendidik dalam ini adalah:
1)      Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan sebelum kelompok atau individu partisipan mengerjakan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan bersama,
2)      Memvariasikan kegiatan yang mencakup penetapan atau penyediaan ruang belajar, peralatan, cara belajar, aturan-aturan yang perlu dilaksanakan, dan alokasi waktu untuk kegiatan.
3)      Membentuk kelompok yang tepat, dalam jumlah, tingkat kemampuan, dan lain-lain sehingga partisipan siap mengerjakan tugas dengan sumber belajar yang telah tersedia.
4)      Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat penggunaan materi dan sumber, sehingga dapat memberikan bantuan pada saat yang tepat,
5)      Membagi-bagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan partisipan, sehingga pendidik siap membantu partisipan yang memerlukan,
6)      Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai oleh partisipan, kemudian disertai penyimpulan tentang kemajuan yang dicapai oleh partisipan dalam kegiatan terebut. Hal ini memberikan kesempatan saling belajar.
c.       Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Membantu partisipan untuk berkembang tanpa kendala psikologis. Hal ini dicapai apabla pendidik memiliki keterampilan berikut:
1)      Memberikan penguatan (reinforcement) yang sesuai dengan bentuk, kuantitas, dan kualitas,
2)      Mengembangkan supervise proses awal yaitu yang mencakup sikap tanggap pendidik terhadap partisipan secara perseorangan maupun keseluruhan, yang memungkinkan pendidik melihat atau membantu apakah segala sesuatu berjalan dengan lancar dan memadai. Menekankan kelancaran berlangsungnya segala sesuatu yang perlu dilaksanakan pada awal kegiatan. Hal ini merupakan jaminan bagi tumbuhnya semangat dan kepercayaan diri partisipan untuk melakukan kegiatan belajar.
3)      Mengadakan supervise proses lanjut yang memusatkan perhatian pada penekanan dan pemberian bantuan secara selektif setelah kegiatan berlangsung beberapa lama. Interaksi antara pendidik dan partiipan dapat berupa:
·         Memberikan bimbingan tambahan (tutorial) kepada partisipan tertentu,
·         Melibatkan diri sebagai pertisipan dengan hak dan kewajiban yang sama dengan partisipan,
·         Memimpin diskusi jika diperlukan,
·         Bertindak sebagai katalisator yaitu meningkatkan kemampuan partisipan untuk berpikir atau belajar melalui pertanyaan, komentar, dan saran.
4)      Mengadakan supervise pemaduan. Memusatkan perhatian pada penilaian pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman dan pemantapan yang pada akhirnya memungkinkan partisipan saling belajar, dan memperoleh wawasan secara menyeluruh tentang kegiatan tersebut.
d.      Keterampilan mrencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Keterampilan ini meliputi: 
a)      Membantu partisipan menetapkan tujuan belajar yang dapat dilakukan dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik yang mampu merangang partisipan untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
b)      Merencanakan kegiatan belajar bersama partisipan yang mencakup criteria keberhasilan, langkah-langkah belajar, waktu dan kondisi belajar.
c)      Bertindak sebagai penasihat partisipan jika diperlukan.
d)     Membantu partisipan menilai kemajuan belajarnya seniri.
2.4 Prosedur Pembelajaran Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ditujukan dengan karakteristik adanya interaksi antara partisipan dengan pendidik, dan antar partisipan. Aktivitas utama dalam diskusi kelompok ini di pegang oleh partisipan, dan pendidik mengahadiri pertemuan setiap kelompok. Di dalam kelompok itu juga perlu ditunjuk seorang pemimpin. Salah satu keuntungan situasi kelompok ini adalah perbaikan hubungan antar pribadi ( interpersonal relationships ).
Kelompok dapat menjadi latar pertemuan antara pendidik  dan partisipan untuk saling mengenal. Gagasan-gagasan yang muncul pada pertemuan sebelumnya juga dapat digali seacara mendalam. Kesempatan untuk berinteraksi dalam kelompok memberikan peluang untuk saling bertanya dan mendiskusikan isi pembelajaran serta pengembangan ketrampilan interpersonal.
Pembelajaran dalam diskusi kelompok sangat cocok untuk tujuan proses seperti yang berkaitan dengan kepemimpinan, partisipasi di dalam kelompok, dan kesadaran sosial. Pembelajaran diskusi kelompok memberikan peluang partisipan aktif terlibat di dalam belajar. Mereka menentukan peranan pemimipin secara terus-menerus. Mereka merasakan kebebasan untuk mengajukan pertanyaan yang tidak mungkin dapat dilakukan ketika dapat berada di dalam kelompok besar.
Tugas pendidik di dalam kegiatan pembelajaran diskusi kelompok akan semakin menarik. Pendidik mengetahui aspek-aspek personal partisipan secara lebih intensif. Aktifitas sebelumnya dapat dinilai melalui pengamatan dan juga ujian. Respon ini memungkinkan pendidik memprediksikan respon masa depan partisipan dalam situasi yang berbeda. Dari kelompok itu juga muncul data mengenai individu partisipan yang dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah belajar yang di hadapi oleh individu partisiapan.

Praktik Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Berbagai Negara

Praktik Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di berbagai negara

A.     Irlandia
Praktik Konseling oleh Konselor bimbingan di Sekolah Dasar PosPertama , sebagian besar pembimbing yang  puas bahwa pelatihan awal mereka mempersiapkan mereka untuk pekerjaan konseling mereka dan persentase yang sama telah terlibat dalam pelatihan in-service berikut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satu sumber rujukan ke konselor bimbingan dominan sedangkan siswa yang dirujuk dan seterusnya adalah paling mungkin dirujuk ke layanan psikologis .Pembimbing umumnya berpikir sendiri kualifikasi awal mereka. Kedua , berkaitan dengan didukung dalam peran mereka tetapi harapan model konseling , lima pendekatan utama guru dan orang tua serta peran ganda muncul : orang-berpusat, konseling , realitas, konselor / guru adalah sumber stres . terapi , CBT , terapi singkat solusi - terfokus, dan Terapi gestalt . Selain itu , sebagian besar dari pembimbing merasa percaya diri , kompeten dan nyaman dalam peran konseling .
Ketiga, ada substansial dalam jumlah siswa yang disajikan untuk konseling , dengan kecenderungan siswa dalam tahun lebih tua relatif lebih mungkin harus dilihat untuk konseling . Keempat, dari berbagai masalah siswa dalam konseling , masalah keluarga , bullying dan suasana hati gangguan yang menonjol sementara isu-isu penting lainnya termasuk kehilangan dan kehilangan , masalah perilaku , bunuh diri / menyakiti diri , hubungan dan isu-isu pendidikan .
B.     Amerika
1. The ASCA National Model
The ASCA National Model untuk konselor sekolah meliputi empat komponen utama: pondasi, sistem pengiriman, sistem manajemen, dan akuntabilitas (ASCA, 2003; Hatch & Bowers, 2002). Yayasan mengacu pada mendasari filsafat, misi, dan struktur konseling sekolah dan program pembinaan. Sistem pengiriman didasarkan pada sekolah konseling dasar program, dan menggambarkan kegiatan, interaksi, dan metode untuk menyampaikan program. Itu sistem pengiriman meliputi empat komponen:(a) kurikulum Bimbingan berdasarkan terstruktur pelajaran kelas perkembangan yang diinfus seluruh kurikulum sekolah.(b) siswa Individu berencana untuk membantu siswa memenuhi tujuan masing-masing, termasuk akademik dan karir konseling.(c) jasa Response merujuk untuk mengatasi krisis mahasiswa atau peristiwa hidup yang menghambat belajar siswa dan pembangunan dukungan
(d) Sistem adalah administrasi dan sistem pendukung manajemen dalam sekolah dan kabupaten yang diperlukan untuk konselor sekolah untuk melaksanakan pemberian layanan.2. TSCITSCI berfokus pada pelatihan lulusan tingkat dari konselor sekolah di Perguruan tinggi dan universitas di AS. TSCI secara khusus berfokus pada sekolah pelatihan konselor untuk membantu menutup kesenjangan prestasi akademik antara siswa yang berprestasi tinggi dan rendah. Kebanyakan konselor sekolah berlatih dengan minimal gelar Master . TSCI memandang sekolahkonselor sebagai seorang profesional yang sangat penting dalam sekolah untuk memajukan prestasi akademik siswa sekolah gol. Sebagai awal untuk meluncurkan inisiatif TSCI , pemimpin pendidikan menyimpulkan bahwa, pada saat ini ditawarkan dalamAS : ( a) pelatihan konselor sekolah juga sangat terfokus pada menyiapkan konselor sekolah untuk menjadi konselor individu atau terapis psikologis , ( b ) konselor sekolah dididik oleh para profesor yang memiliki sedikit pengalaman di sekolah dan konseling sekolah , konselor ( c ) sekolah terlalu sering berfungsi dalam peran administrasi dan administrasi dan peran ini ketikadikombinasikan dengan beban kasus siswa yang sangat tinggi , mengurangi dampak dari konseling sekolah , dan (d) teknologi dan data didorong pengambilan keputusan tidak biasanya bagian dari sekolahpersiapan konselor ( Seashore et al . , 2001) . Untuk memperbaiki ini keterbatasan ( seperti yang dilaporkan oleh kelompok pendidik ) , yang TSCI model yang diusulkan untuk meningkatkan pelatihan konselor sekolah dengan lulus konselor sekolah yang : ( a) pengetahuan tentang sekolah dan sistem sekolah; ( b ) mampu membantu siswa memenuhi pendidikan , karir , dan tujuan pribadi , dan fokus pada kekuatan mahasiswa daripada defisit , dan ( c ) dilatih sebagai pendukung untuk membawa perubahan sekolah sistemik , terutama untuk menghilangkan hambatan yang menghambat pendidikan akademik mahasiswa prestasi . TSCI melatih dan mendidik konselor sekolah untuk menjadi anggota penting dari tim sekolah pendidikan . dalam rangka untuk melaksanakan fungsi ini , konselor sekolah harus dilatih untuk menjadi pemimpin sekolah dan mampu mempengaruhi perubahan sistemik inisiatif .C.     Korea Selatan
Konseling Sekolah di Korea SelatanPerkembangan konseling sekolah di Korea Selatan tampaknya cukup pesat tahun ini , sebagaimana tercermin dari meningkatnya jumlah sekolah konselor . Meskipun menggembirakan bahwa konselor sekolah full-time posisi didirikan di sekolah-sekolah pada tahun 2005 dan mendirikan sistem penguasaan memberikan keamanan kerja yang lebih baik bagi konselor sekolah , mereka lingkungan kerja , bagaimanapun, ditemukan cukup tidak diinginkan . untukMisalnya , pelatihan bagi personil konseling tampaknya tidak cukup cukup. Guru da administrator sekolah mungkin kurang komprehensif pemahaman pengetahuan konseling . Selain itu, beban kerja yang berat , peran ambiguitas , dan kurangnya koordinasi antara staf sekolah lebih disebabkan kesulitan untuk para profesional konseling sekolah . Sebagai pedoman dan konseling masih dipandang sebagai layanan pendukung - pendukung di Korea Selatan , konselo sekolah , oleh karena itu, ditempatkan terutama dalam perbaikan – reaktif peran . Bimbingan dan konseling kerja , sebagai akibatnya , tidak mainstream di bidang pendidikan .D.     Jepang
Yagi ( 2008 ) menunjukkan bahwa model klinis kini diadopsi dalamkonseling sekolah di Jepang . Konselor sekolah di Jepang dilisensikan psikolog klinis yang telah menerima pelatihan profesional di menangani pekerjaan kasus , khususnya kasus-kasus klinis . Ini, bagaimanapun , mungkin menimbulkan beberapa masalah karena konselor sekolah ini akan menggunakan psikoterapi untuk bekerja dengan siswa dengan perilaku dan / atau emosional masalah . Fokus defisit ini dapat mencegah konselor sekolah dan lainnyapersonil sekolah dari melihat siswa dalam cahaya yang positif ( Benard , 1991; Epstein , Rudolph , & Epstein , 2000). Selain itu , konselor sekolah melakukan tidak memiliki magang dalam pengaturan sekolah ketika mereka sedang dilatih . Ini jelas merupakan adegan yang tidak diinginkan dalam pengembangan sekolah bimbingan dan konseling . Untuk anak-anak dan remaja , sekolah adalah kunci mereka mikro - sistem ( Bronfenbrenner , 1979) . Konselor tidak bisa tahu siswa dengan baik dan melaksanakan pekerjaan konseling secara efektif jika mereka melakukannya tidak memiliki pemahaman yang baik tentang konteks dan budaya sekolah . ketiga , konselor sekolah hanya akan tinggal selama delapan jam atau bahkan kurang di sekolah setiap minggu . Siswa dan guru tidak akan memiliki peluang yang cukupuntuk menghubungi konselor sekolah . Di satu sisi , mereka adalah para ahli , di sisi lain , mereka adalah orang asing ke sekolah . Dengan waktu tersebut konselor kendala , sekolah tidak dapat membangun baik dan percaya hubungan dengan orang-orang di sekolah . Konsekuensi mungkin adalah bahwa konseling sekolah tidak berkembang cukup positif di Jepang .E.