This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Unduh PPt fromSlide Share PLS Bersinergi

Minggu, 15 Desember 2013

Gaya Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah sebagai Pegiat Pendidikan Nonformal

Proses belajar merupakan proses panjang yang terjadi sepanjang hayat. Pendidikan atau usaha mencerdasakan kehidupan bangsa merupakan investasi bagi kemajuan suatu bangsa. Indonesia telah melakukan berbagai upaya guna mewujudkannya, usaha tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal baik oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat.
Kualitas dari mutu pendidikan sendiri ditentukan oleh banyak variabel, diantaranya adalah  kualitas guru, alat bantu, fasilitas, biaya dan sebagainya. Beberapa variabel itu biasanya tergabung dalam sumber-sumber pendidikan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal, pondok pesanten dengan segala atributnya memiliki kekhasan tersendiri. Baik kurikulumnya, peraturannya, sarana-prasarana, serta tenaga pendidik dan kependidikannya. Pengasuh pondok pesantren sebagai pegiat pendidikan nonformal tentu memiliki gaya tersendiri yang berbeda dengan pendidik pendidikan formal. Pengasuh pondok pesantren merupakan sosok yang begitu kompleks dengan segala peran dan tugasnya. Gaya kepemimpinan seorang pengasuh akan berpengaruh terhadap pembelajaran santri selama mondok, perilaku santri selama mondok dan pandangan masyarakat terhadap pondok dan santrinya.
Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah, merupakan salah satu pondok pesantren yang terletak di wilayah Banaran, Sekaran, Gunungpati, Semarang. Letaknya yang berdekatan dengan area kampus Universitas Negeri Semarang. Menjadikan mahasiswa Unnes mendominasi sebagi santri di PPDAW, sebutan untuk pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamah. Kebanyakan pula dari para santri yang belajar merupakan santri anyar, yaitu yang sebelumnya belum pernah mondok. Gaya kepemimpinan seorang pengasuh akan mempengaruhi sosoknya yang menjadi tauladan, kebijakan, serta model kebijakan yang di keluarkan dilingkungan pendidikan.


Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai gaya kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dengan mengambil judul : “GAYA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DURROTU AHLI SUNNAH WALJAMAAH SEBAGAI PEGIAT PENDIDIKAN NONFORMAL.

Kamis, 05 Desember 2013

Asesmen Diri Sendiri

Assalamualaikum w.w.


Perkenankanlah saya untuk bercerita mengenai diri saya.

 Noor Salamah
 PLS
 1201412046

 1. Karakter saya


insyaAllah saya memilki karakter sebagaimana sifat-sifat yang akan saya jabarkan.


Jujur, bertanggung jawab, amanah, dapat dipercaya, intuitive, sensitive, rendah hati,

pemalu, peragu, masalah kepercayaan diri dan kedewasaan saya rasa saya masih labil. Cerdas ? saya rasa belum. Sebenarnya alangkah lebih bijak jika orang lain saja yang menilai karakter saya bagaimana. Semoga allah mengurangi karakter buruk saya dan memperkuat karakter baik saya. Amind..


2. Cita-cita


Saya bercita-cita menjadi seorang guru yang baik dunia dan akhirat yang mampu

memberikan sumbang sih kebaikan bagi orang lain. Saya juga bercita-cita ingin

menjadi seorang penulis. Penulis yang mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi

para pembacanya. Amind..


3. Motivasi kuliah di unnes


Pertama kali saya mengenal unnes dari kakak saya yang alumnus unnes tahun 2009.

Saat itu saya diarahkan untuk masuk Unnes dan kakak saya juga bercerita bahwa

didekat Unnes itu ada Pondok Pesantren. Saya jadi semakin bersemangat untuk

bias kuliah di UNNES.  Kakak saya juga bercerita bahwa kuliah di UNNES itu tidak

terlalu mahal, orang-orang disana sederhana tapi cerdas dan kritis. Jadi kamu tidak

usah minder jika kuliah disana sedang kamu dari keluarga tidak mampu.

 Orang-orang cukup religious jadi kamu jangan takut. Awalnya ibu tidak setuju

dengan alasan terlalu jauh, takut saya terjerumus pergaulan yang tidak benar dan

meminta saya kuliah di Universitas Muria Kudus yang notabene adalah swasta

dengan biaya kuliah yang tentunya lebih mahal. Ibu beranggapan bahwa jika saya

di kudus, jarak lebih dekat dan orang-orang disana terkenal kealimannya.

Tapi alkhamdulillah sekarang ibu sudah ridho dan sudah merasa cukup tenang

karena saya berada di UNNES dan di Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah

Waljamaah untuk menuntut ilmu dunia dan akhirat. Semoga bisa menjadi berkah.

Amind ..


1. Hubungan saya dengan teman dan orang tua


Teman : Akhamduillah baik, meski tak dapat dipungkiri tentu ada sebagian yang

membenci saya. Karena dicintai dan dibenci merupakan hal yang wajar.


Orang tua : jujur saja hubungan saya dengan orang masih belum stabil, terkadang

bisa sangat akur dan harmonis tapi tiba suwatu waktu kami menjadi tidak akur,

tidak harmonis, dan saling diam. Terka itu disebabkan oleh masalah sepele dan

kesalah pahaman. Tapi biasanya hal itu tidak bisa berlangsung lama. Jika emosi

kita satu sama lain sudah cukup tenang dan stabil, kami akan akur dan baikan kembali.


4. Hal negative pada diri saya


Saya orangnya peragu, selalu tidak yakin dengan apa yang saya putuskan,

terlebih jika itu menyangkut permasalahan orang banyak. Dibenak saya selalu terpikir,

apakah ini benar ? apakah ini baik ? saya merasa sifat ini sangat menggangu,

menjadikan saya kurang respektif, lamban dalam berfikir dan bertindak, dan membuang-buang waktu.

Saya suka menawarkan tanggung jawab kepada orang lain, jika sekiranya tidak

kepepet. Saya akan membiarkan orang lain mendapatkan itu.

Misalnya saja sebagai ketua. Tapi meskipun secara de facto tidak menjadi ketua,

saya tetap menjalankan kewajiban saya dan peduli pada permasalahan kelompok

 saya. Saya siap membantu jika saya rasa saya memang mampu. Pada dasarnya saya tidak ingin secara de facto memikul tanggung jawab besar yang akan dimintai pertanggung jawabanya di akhirat nanti. Saya masih harus belajar untuk bisa jadi pemimpin yang baik.

Pemalu. Pada dasarnya saya orangnya pemalu. Jika ada orang yang beranggapan

bahwa saya orangnya tidak pemalu, tapi percaya diri dan pemberani. saya rasa itu

kurang tepat. Memang disuatu waktu saya bisa mengabaikan sifat pemalu saya dengan

 lebih menonjolkan sifat cuek dan kenekatan saya. Artinya saya masih belum stabil untuk

 menjaga keberanian dan kepercayaan diri saya.

Cenderung memakai intuisi. Jika saya menghadapi suatu permasalahan dalam hidup

saya, atau saya akan memutuskan suatu hal. Saya cenderung memakai intuisi.

Saya akan merenung, menenangkan diri, melihat perubahan-perubahan yang terjadi

disetiaphari yang saya lalui untuk menunggu petunjukNya.

Imajinative. Saya suka berimajinasi dan berhayal tentang suatu hal. Ini melemahkan

saya. Membuat saya sulit membedakan yang nyata dan yang tidak. Ada dua

kemungkinan jika saya sedang berimajinasi. Pertama saya berimajinasi karena

didorong oleh suatu harapan dan kedua saya berimajinasi karena didorong oleh

ketakutan saya. Jika imaji saya sudah melayang jauh, akan sulit bagi saya untuk

menghentikannya. Mengembalikan pikiran saya kembali ke alam rasionalitas.

Butuh ketenangan dari doa-doa dan fikiran positive untuk hati dan pikiran saya tak

bergejolak lagi.

Sebenarnya masih banyak hal negative lagi yang ada pada diri saya yang tentunya

tak dapat saya jabarkan satu persatu. Maka biarlah waktu yang akan mengungkapkan siapa diri saya dengan kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya.


5. Mind Map tentang  diri saya


a. Umur 22

Dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat

Lulus S1 pendidikan luar sekolah  dengan memperoleh  IP dengan cumlaude

Memperoleh pengalaman dari berorganisasi yang dapat bermanfaat dunia
dan akhirat bagi diri saya sendiri, orang lain, agama, bangsa dan Negara.

Menjadi ustadzah yang cakap dan bisa jadi tauladan

Menjadi public speaker yang baik
b. Umur 25

Sudah menjadi guru yang baik, Trainer, Penulis, Public speaker, motivator.

Saya berharap pekerjaa-pekerjaan tersebut dapat menjembatani saya menuju

kesuksesan dunia dan akhirat dengan memperoleh ridho dariNya.

c. Umur 27


Sudah menikah dengan orang pilihanNya, yang saya cintai, yang mencintai saya,

yang mencintai keluarga saya, yang dicintai keluarga saya, yang baik bagi saya,

kehidupan saya, bagi keluarga saya, agama saya, bangsa saya dan Negara saya.

Dan saya baginya adalah seorang wanita yang baik baginya, dicintainya, dan dicintai

keluarganya. Menjadi istri yang sholehah.

d. Umur 34

Mampu menjadi istri dan ibu sholehah. Yang bisa mendidik anak-anak dengan

penuh cinta, iman dan ilmu.


Bersama dengan ibu, dan suami berangkat haji bersama ke tanah suci Makkah.


e. Umur 45


Sukses dengan usaha “Moeslim Modelling School”


Untuk umur selanjutnya saya cuma berharap bahwa keluarga saya bisa menjadi

keluarga yang sakinnah mawaddah warrohmah selamanya sampai maut menjemput,

 melihat anak dan cucu hidup sukses dan bahagia.menikmati peran saya sebagai ibu,

istri, guru dan penulis. Membiarkan karya-karya saya hidup abadi denagn cerita dan

kenangan. Dan tibalah pada waktu saya akan berpulang saya berdoa semoga saya

diperkenankan menjadi salah seorang golongan orang-orang yang beruntung  yang

diperkenankan olehNya memasuki surgaNya. Amind ..










Minggu, 25 Agustus 2013

Pendidikan Luar Sekolah UNNES

Pendidikan Luar Sekolah
Pada tanggal 01 Januari 1961 melalui surat keputusan sekertaris jendral departemen pendidikan dan pengajaran  tertanggal 27 Desember 1960 nomor 108487/S kursus B-I (Pendidikan guru setara SMP) dan B-II (Pendidikan Guru setara SMA) diintegrasikan ke universitas Diponegoro (UNDIP) yaitu menjadi fakultas sendiri yang diberi nama fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP). Akibatnya maka terbentuklah FKIP Undip cabang semarang. Salah satu jurusan yang dimiliki adalah pendidikan sosial. Kala itu peminat dari pendidikan sosial sangat banyak. Lambat laun karena rentang waktu antara tahun 1961-1963 kebutuhan akan guru begitu mendesak maka pemerintah membentuk IPG, institut pendidikan guru. Dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah adanya dua lembaga pendidikan guru yang berjalan seiringan dirasa membingunkan masyarakat. Untuk itu IPG dan FKIP undip melalui keputusan presiden tanggal 03 januari 1963 nomor 1/1963 menyatukan dua lembaga tersebut setara universitas. Lambat laun karena peminat di IKIP yogyakarta cabang semarang semakin banyak maka berubahlah menjadi IKIP semarang. Ketika itu pada tahun 1965 FIP IKIP semarang memiliki 3 jurusan diantaranya adalah pendidikan luar sekolah yang berubah nama dari pendidikan sosial. Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan belajar masyarakat semakin beragam dan banyak jumlahnya maka IKIP semarang sebagai salah satu wadah pendidikan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga semakin bertambahlah banyak fakultas dan jurusan yang ada di IKIP semarang. Hal inilah yang menjadikan IKIP semarang berubah nama menjadi Universitas Negeri Semarang. Pendidikan luar sekolah saat ini membuka program studi S1 dengan izin nomor izin penyelengaraan 74/D/O/2010, 9 Juni 2011 terakreditasi A dengan dikeluarkannya keputusan nomor 06551/Ak-VIII-S1-022/IKSCCS/IV/2004. Bagi mahasiswa yang telah selesai menempuh program studi maka akan digelari   Sarjana Pendidikan (S.Pd.). program studi Pendidikan Luar Sekolah ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga kependidikan profesioanal PLS yang memiliki kemampuan mengelola institusi, program, dan pembelajaran dalam PLS dan memberdayakan masyarakat serta mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat nasional dan global. Tujuan yang kedua adalah mengahsilkan ilmu pengetahuan dan teknologi PLS berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi dan budaya bangsa. Dan tujuan terakhir yang dirumuskan adalah menyebarluaskan dan memberikan layanan pendidikan inovatif kepada masyarakat berbasis penelitian dan pengembangan. Dari pendidikan yang telah ditempuh di jurusan pendidikan luar sekolah diharapkan para lulusannya dapat menjadi pengelola pendidikan non formal, pendidik pendidikan non formal, dan pengembang pendidikan non formal.
Di dalam kurikulum PLS setidaknya ada dua penjurusan yaitu menjadi pendidik PAUD atau Pengembangan Masyarakat. Berbagai mata kuliah yang unik dari PLS diantaranya adalah pendidikan seumur hidup, pengembangan sumber daya manusia, pendidikan orang dewasa, psikologi pendidikan orang dewasa, pendidikan kehidupan berkeluarga, asesmen kebutuhan belajar, penyuluhan pembangunan, pekerjaan sosial, pengembang kurikulum PNF, pemberdayaan masyarakat, pendidikan karakter, pelatihan, pengembangan media PNF, dan pembangunan masyarakat. Saat ini jurusan PLS diketuai oleh Bapak Dr. Sungkowo Edy Mulyono S.Pd., M.Si. Sekertaris jurusan adalah Dr. Daman, M.Pd. Kapala Lab. Drs. Ilyas, M.Ag. PLS memiliki 21 Dosen pengajar dengan tingkat pendidikan tertinggi atau gelar lulusan tertinggi ; 3 profesor, 9 Drs/Dra, 5 Dr., 1 M.Pd, 3 S.pd.
Saat ini Himpunan Mahasiswa PLS diketuai oleh mas khalif dari semester 4. Adapun beberapa organisai lain di Jurusan PLS adalah Paduan suara, perpustakaan, futsal. Kalau ditanya prestasi jurusan memenang saya kurang tau. Terakhir yang saya tahu mahasiswa dari PLS menjadi Papika fakultas putri juara satu yang selanjutnya mewakili di ajang Papika Kampus Universitas. Mbak Kidung namanya. Untuk PKM tahun 2013 ini yang lolos dan mendapat pendamping dari dosen ada sejumlah empat kelompok.

Sekedar bercerita. Awalnya saya tidak familiar denga jurusan PLS. Pertama kali mendengar ada yang namanya jurusan pendidikan luar sekolah adalah dari teman lama saya yang mengambil jurusan tersebut. Tapi masih belum ada rasa tertarik. Kemudian saya mendapat pengarahan dari kakak saya untuk memilih PLS sebagai pilihan kedua ujian jalur tertulis. Alhamdulillah, Allah meridhoi jalan saya. Saya diterima di PLS Unnes. Dan saya tak pernah menyesal untuk belajar di PLS Unnes. Karena bagi saya belajar di PLS Unnes adalah ladang untuk menggarap PR Syurga.

PLS mau di bawa kemana ?

Bingung nanti ke depan habis lulus  mau kemana ?
Okke, sudah disinggung sebelumnya PLS itu mencangkup pendidikan non formal. Hal yang pertama dilakukan adalah mengetahui karakteristik dari pendidikan non formal.
Karakteristik dari pendidikan non formal adalah
·         Program kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat
·         Materi pembelajaran bersifat praktis
·         Waktu belajar relatif singkat
·         Tidak ada pembatasan usia yang ketat
·         Tidak mengutamakan kredensial
·         Suasana belajar saling membelajarkan
·         Program terencana, teratur, dan terprogram
·         Bisa berjenjang bisa tidak berjenjang
·         Tujuan lebih diarahkan pada domain keterampilan
Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwasanya fungsi dari pendidikan non formal adalah sebagai pelengkap, penambah atau pengganti pendidikan formal.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 ayat 3, mengklasifikasi program pendidikan nonformal ke dalam beberapa program, meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Dalam jalur pendidikan non formal, UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 4, disebutkan bahwa satuan pendidikan nonformal dikelompokkan ke dalam lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Gambaran selengkapnya mengenai ketenagaan belajar (pegiat) pendidikan nonformal dapat dilihat pada uraian berikut:
a.  Tenaga pendidik PNFI meliputi
1.      Pamong belajar UPT PAUDNI dan BPPNFI, UPTD BPKB/SKB
2.      Fasilitator desa intensif (FDI)
3.      Tutor KF
4.      Tutor Paket A, B, C
5.      Tenaga pendidik dan pengasuh PAUD
6.      Tenaga pendidik dan penguji praktek kursus
7.      Narasumber teknis KBU
8.      Tenaga pendidik PNF lainnya (instruktur magang)

b. Tenaga Kependidikan PNFI yaitu :
1.      Penilik
2.      Tenaga Lapangan Dikmas (TLD)
3.      Pengelola PKBM
4.      Pengelola Kelompok Belajar
5.      Pengelola Kursus
6.      Pengelola TBM
7.      Pengelola PAUD
8.      Tenaga kependidikan satuan PNF lainnya (pengelola KBU/Magang, laboran, pustakawan, dsb).
Sudah ada pencerahan ? mestinya sudah dong ya ..
Jadi tidak usaha khawatir masa depan akan suram karena masuk jurusan PLS. Justru dari PLSlah ladang kita menggarap PR syurga :D
Dunia ? Yes !
Akhirat ? Yes !


Mari samakan persepsi tentang Pendidikan Luar Sekolah

Assalamualaikum Wr.Wb.
Perkenalkan sobat, namaku salamah. Kamu juga bisa panggil aku salma. Karena di dunia maya aku biasa menggunakan nama itu. Ahh bagi itu sama saja. Toh tetap tidak merubah arti.
Okke, selesai perkenalan singkat. Aku ingin sedikit menyamakan persepsi dan berbagi informasi tentang jurusanku sekarang. Jurusan pendidikan luar sekolah. Hal yang pertama perlu ditekankan adalah Pendidikan Luar Sekolah itu berbeda dengan jurusan pendidikan luar biasa yang sangat erat hubungannya dengan SEKOLAH LUAR BIASA. Kenapa berbeda ? mari kita lihat tabel berikut untuk lebih jelasnya ..

Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan Luar Biasa
Ruang Lingkup
Mencangkup seluruh pendidikan non formal. Kursus, pelatihan, penyuluhan, pemberdayaan wanita, pendidikan orang tua ..
Termasuk bagian dari pendidikan non formal / PLS apabila proses pendidikannya tidak pada jalur pendidikan formal
Sasaran
Mencangkup semua. Anak, wanita, remaja, orang tua, orang dewasa yang kurang beruntung agar mandiri.
Fokus pada peserta didik berkebutuhan khusus. Tunarungu, tunanetra dll
Tujuan Pendidikan
Memberdayakan Masyarakat
Memberdayakan Masyarakat
Profesi
Pendidik PNF, Pengembang PNF
Pendidik peserta didik berkebutuhan khusus
Skill
Tidak dibekali skill khusus ttg berkomunikasi dengan peserta didik berkebutuhan khusus
Dibekali skill khusus ttg berkomunikasi dengan peserta didik berkebutuhan khusus
Lembaga Profesi
UPT kedinasan (pertanian, agama, sosial, dll), Lembaga Pendidikan dan Kursus, Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Majlis Taklim dll diatur sesuai UU
Sekolah Luar Biasa (SD-SMA)

Okke, klik ya. Sepakaaat ..
Hal kedua yang harus disamakan persepsinya adalah ranahnya pendidikan luar sekolah itu luas banget. Secara sederhan Dosen saya yang sangat saya hormati Bapak Bagus Kisworo menyatakan bahwa pendidikan luar sekolah adalah segala macam bentuk pendidikan di luar kaidah pendidikan formal. Apa maksudnya ? begini, ketika kita di bangku sekolah (pendidikan formal) kita diwajibkan memakai seragam, jam dan materi pelajaran sudah ditentukan oleh pihak sekolah tanpa kita punya hak untuk mengubahnya. Segala sesuatu telah ditentukan oleh pihak sekolah. Namun dalam pendidikan non formal, kita punya hak penuh untuk memilih watu dan materi pelajaran, serta tata tertib dan ketentuan lain yang disepakati bersama antara peserta didik dan pendidik. Contoh seperti yang aku lakukan ini. Aku memposting informasi dan kau membacanya. Ini sama halnya aku berbagai informasi dan kau mendapatkan pengetahuan baru. Bukankah hal ini terjadi di luar proses pendidikan formal ? jadi ini adalah bagian pendidikan luar sekolah. Klik ya ? sepakaat ..
Dan hal ketiga yang paling utama. Bagi saya sendiri semoga bagi anda karena memang harapannya bgitu :D

Pendidikan luar sekolah adalah ladang menggarap PR Syurga. Istilah ini aku ciptakan terinspirasi dari petuah yang selalu diucapkan oleh Abai Yai Masrokhan pengasuh pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Walajamaah. Pondok tempat saya nyantri sekarang. Abah selalau mengatakan Indahnya menggarap PR Syurga. Jadi saya terinspirasi bahwa ladangnya untuk menggarap PR syurga adalah ya PLS ini. Why ? mengapa demikan ? mari kita renungkan bersama. Saya pernah membaca dari suatu buku karangan Emha Ainun Najib dalam bukunya yang berjudul Jejak Tinju sang Kyai dan oleh apa yang didawuhkan oleh abah. Bahwasanya manusia yang terbaik adalah manusia wajib. Manusia wajib adalah manusia yang keberadaannya sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan oleh sesama makhluk hidup. Inilah sebaik-baiknya manusia. Nah seandainya kita menjadi tenaga pendidikan luar sekolah yang sebenarnya, tugas kita adalah membuat seseorang dari zero to hero. Dari yang dulunya tidak mampu mandiri menjadi mandiri. Kita bayangkan saja, anak-anak jalanan yang karena tidak punya cukup biaya jadi tidak bisa sekolah lalu kita sebagai tenaga PLS membantu mereka mengatasi masalah. Mangangkat dalam keterpurukan. Kita mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat , Taman Belajar Masyarakat, kursus keterampilan dll. Mereka dulunya buta huruf, sempit wawasannya, sedikit keterampilannya. Dengan bantuan kita mereka akhirnya punya wawasan yang luas, punya keterampilan lebih, sehingga mereka tidak saja jadi anak jalanan, pengangguran, pengemis, pengamen dll bisa saja mereka jadi pengusaha, seniman dan lain sebagainya. Bisa kita bayangkan pula, terdapat suatu keluarga yang hidupnya serba kekurangan. Suami hanya bekerja sebagai pemulung, istri tak punya keterampilan apapun, anak tidak sanggup disekolahkan, makan sehari tiga kali susah. Lalu kita menyentuhnya dengan program pemberdayaan wanita. Dengan pemberian kursus dan keterampilan yang membantu istri untuk mengangkat perekonomian keluarga. Ahh, betapa bahagia hidup kita. Jika kita dapat berguna bagi sesama. Pointnya bukan pada berapa banyak gaji yang kita terima, bukan pada seberapa banyak fasilitas dan tunjangan yang kita dapatkan, bukan pula berada pada pensiunan yang kelak mugkin kita terima. Tapi terletak pada seberapa banyak senyum dan tawa orang lain karena kita. Kuncinya cuma satu IKHLAS. 

Rabu, 21 Agustus 2013

“PENGARUH KELOMPOK SEBAYA DALAM PERKEMBANGAN REMAJA”

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL
“PENGARUH KELOMPOK SEBAYA DALAM PERKEMBANGAN REMAJA”
 
 
KELOMPOK 11 :
 
1.      Azizah Nurul Karohmah         1201412060
2.      Amilya Candra Dewi              1201412040
 
 
 
 
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
 
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakangMasa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam proses perkembangan. karena itu perkembangan pada masa remaja sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, terutama dari lingkungan terdekatnya. Salah satu bagian terpenting dari perkembangan remaja adalah perkembangan dalam kehidupan sosial. Memang perkembangan fisik tidak dapat dilepaskan, tetapi kebanyakan kasus remaja terjadi dikarenakan kurang sempurnanya proses perkembangan sosialnya. Permasalahan dalam perkembangan sosial remaja dikarenakan para remaja belum mampu menjalankan tugas perkembangan sosialnya. Tugas perkembangan sosial remaja adalah tugas yang khas dimiliki oleh para remaja. Para remaja, disadari atau tidak, mereka harus memenuhi tugasnya tersebut, tetapi disatu sisi tantangan remaja untuk memenuhi tugas tersebut sangatlah berat. Sehingga para remaja membutuhkan orang lain misalnya keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosialnya, untuk memenuhi tugas perkembangan sosialnya.Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja.     B. Rumusan Masalah1.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.      Apa itu remaja?
3.      Apa itu kelompok sebaya?
4.      Apa peranan kelompok teman sebaya dalam kehidupan remaja?
5.      Apa jenis dan fungsi kelompok sebaya?
6.    Bagaimanakah pengaruh hubungan dengan kelompok sebaya terhadap perkembangan sosial remaja?
7.    Bagaimana upaya untuk menanggulangi pengaruh negative kelompok sebaya?
 C.  TUJUAN
 1.  Dapat memahami pengertian perkembangan social2.  Dapat memahami pengertian remaja3.  Dapat mengerti dan memahami tentang kelompok sebaya4.  Mengetahui jenis dan fungsi kelompok sebaya5.  Mengetahui peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja6.  Dapat mengetahui pengaruh hubungan dengan kelompok sebaya terhadap   perkembangan sosial remaja7.  Dapat memahami upaya untuk menanggulangi pengaruh negative kelompok sebaya
             BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Perkembangan SosialPerkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.Dari pengertian diatas bahwa perkembangan sosial mencakup beberapa hal diantaranya norma kelompok, moral, dan tradisi atau kebiasaan yang ada. Semua itu bertujuan untuk menjadikan diri agar bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan lingkungan sosialnya. Kemudian berkaitan dengan itu kalau kita belajar tentang prinsip-prinsip umum perkembangan maka akan kita temukan dua hal yaitu bahwa seeberapa cepat perkembangan individu akan dipengaruhi interaksi bawaan dan faktor lingkungan, dan dalam proses perkembangan individu akan ditentukan oleh interaksi faktor bawaan dan faktor lingkungan. maka dengan faktor tersebut menentukan seseorang itu bisa berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dengan cepat.Pada dasarnya Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan oranga lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkunganya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut Sosialiasi.
Sueann Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota mayarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Menurut Hurlock (1996) ada tiga proses dalam perkembangan sosial yaitu:
1. Berperilaku dapat diterima secara sosial. Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilakunya sehingga ia bisa diterima sebagian dari masyarakat atau lingkungan tersebut.2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya. Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memnuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.3. Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya. Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorng harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi, berarti ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.B. Konsep RemajaRemaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa, pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya, Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan, sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih pasangan hidup.Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.Menurut Erick Erison, bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural.Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
C. Kelompok SebayaMenurut John W Santrock kelompok sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya.
Percepatan perkembangan pada masa remaja berhubungan dengan pematangan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya seorang anak sudah mampu menjalankan hubungan yang erat dengan teman sebayanya. Seiring dengan hal itu juga timbul kelompok anak-anak yang bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas pada kelompok anak sebelum masa remaja adalah bahwa kelompok tadi terdiri dari jenis kelamin yang sama. Persamaan kelamin yang sama ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan juga berhubungan dengan perasaan identifikasi untuk mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa remaja ini, anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai macam kegiatan.Selama tahun pertama masa remaja, seorang anak remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, tetangga atau teman-temannya seringkali menjadi anggota kelompoknya. Biasanya kelompoknya lebih hiterogen daripada berkelompok dengan teman sebayanya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesif yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini, dia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada pola pribadinya. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnyua sulit untuk membentuk keyakinan diri.  D.  Peran Kelompok Sebaya Terhadap Perkembangan RemajaRemaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi kebanyakan remaja, pandangan teman sebaya terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting. Teman sebaya merupakan anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. interaksi diantara teman sebaya yang berusia sama sangat berperan penting dalam perkembangan sosial. Pertemanan berdasarkan tingkat usia dengan sendirinya akan terjadi meskipun sekolah tidak menerapkan sistem usia. Remaja dibiarkan untuk menentukan sendiri komposisi masyarakat mereka. Bagaimanapun, seseorang dapat belajar menjadi petarung yang baik hanya jika diantara teman yang seusianya. Salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari teman-teman sebayanya. Dan remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik. Hubungan yang baik dengan teman sebaya perlu agar perkembangan sosialnya berjalan normal. Hubungan dengan teman sebaya dapat bersifat negatif atau positif.Piaget dan Sullivan menekankan bahwa hubungan dengan teman sebaya memberikan konteks bagi remaja untuk mempelajari modus hubungan timbal balik yang simetris.Hartup menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya bersifat kompleks dan dapat bervariasi tergantung pada bagaimana pengukurannya, perumusan hasilnya, dan garis perkembangannya.
Kebutuhan remaja terhadap hubungan dengan teman sebaya sangatlah penting untuk perkembangan sosialnya. Maka jika ada keterbatasan hubungan dengan teman sebayanya akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak tersebut, misalnya orang tua yang membatasi anaknya secara berlebihan untuk tidak berhubungan dengan teman sebayanya, hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, yaitu ketika si anak terjun ke dalam masyarakat. Sehingga ia sulit untuk bersosialisasi di masyarakat.   Peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja yaitu :1. Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang.2. Berperan pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.3. Kelompok teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti tersebut ditemukannya dalam kelompok teman, karena mereka saling dapat membantu dalam persiapan menuju kemandirian emosional yang bebas dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan batin dan konflik sosial.4. Berperan dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang dewasa umumnya. Karena remaja merasa dirinya kerdil bila berada dekat orang tuanya atau orang dewasa pada umumnya, karena kurang pengalaman, lemahnya pribadi dan kurangnya umur. Hal tersebut menyebabkan remaja menjauh dari orang tua, sebab ia tidak mau dianggap anak-anak lagi, kendatipun ia masih suka bermain dan bersenang-senang. Akan tetapi bila ia berada di tengah-tengah teman sebaya, ia tidak akan merasa kecil atau kerdil, baik dari segi fisik maupun mental.5. Remaja itu bergabung dengan kelompok teman sebaya, karena kebutuhan akan rasa bebas dari orang dewasa dan rasa terikat antara sesama anggota. Apabila semakin terasa keinginan untuk babas, maka semakin terikat hatinya kepada kelompok teman sebaya yang dapat memberikan kepuasan dan kebebasan. Hal inilah yang seringkali dirisaukan oleh orang tua, karena siskap mereka yang semakin menjauh dan kadang benci kepadanya.
     E. Jenis dan Fungsi Kelompok SebayaJenis-jenis Kelompok Sebaya Setiap kelompok sebaya mempunyai atauran baik yang bersifat implicit maupun eksplisit, harapan-harapan terhadap anggotanya. Ditinjau dari sifat organisasinya kelompok sebaya dapat dibedakan menjadi:
  1. Kelompok sebaya yang bersifat informal. Kelompok sebaya ini dibentuk, diatur, dan dipimpin oleh anak itu sendiri misalnya, kelompok permainan, gang, dan lain-lain. Di dalam kelompok ini tidak ada bimbingan dan partisipasi orang dewasa.
  1. Kelompok sebaya yang bersifat formal. Di dalam kelompok ini ada bimbingan, partisipasi atau pengarahan orang dewasa. Apabila bimbingan dan pengarahan diberikan secara bijaksana maka kelompok sebaya ini dapat menjadi wahana proses sosialisasi nilai-nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok sebaya ini misalnya, kepramukaan, klub, perkumpulan pemuda dan organisasi lainnya.
 Menurut Robbins, ada empat jenis kelompok sebaya yang mempunyai peranan penting dalam proses sosialisasi yaitu kelompok permaianan, gang, klub, dan klik (clique). Kelompok permainan (play group) terbentuk secara spontan dan merupakan kegiatan khas anak-anak, namun di dalamnya tercermin pula struktur dan proses masyarakat luas, sedang gang, bertujuan untuk melakukan kegiatan kejahatan, kekerasan, dan perbuatan anti sosial. Klub adalah kelompok sebaya yang bersifat formal dalam artian mempunyai organisasi sosial yang teratur serta dalam bimbingan orang dewasa. Sementara itu klik (clique), para anggotanya selalu merencanakan untuk mengerjakan sesuatu secara bersama yang bersifat positif dan tidak menimbulkan konflik sosial.
 Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kelompok sebaya sangat berperan penting dalam proses sosialisasi individu terutama kelompok sebaya remaja. Pengaruh kelompok sebaya tidak hanya berdampak negatif akan tetapi juga berdampak positif. Untuk itu pembentengan diri melalui keluarga masih sangat diperlukan bahwa ketika anak memiliki teman maka kenalilah siapa yang menjadi teman anak kita. Fungsi Kelompok Sebaya Di dalam kelompok sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Mula-mula kelompok sebaya pada anak-anak itu terbentuk dengan secara kebetulan. Dalam perkembangan selanjutnya masuknya anak ke dalam suatu kelompok sebaya berdasarkan pilihan. Setelah anak masuk ke sekolah kelompok sebayanya dapat berupa teman sekelasnya, klik dalam kelasnya, dan kelompok permainannya. Dalam kelompok sebaya itu anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulannya dengan sesama temannya. Partisipasi di dalam kelompok sebayanya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial (sosial learning). Bergaul dengan teman sebaya merupakan persiapan penting dalam kehidupan seseorang setelah dewasa. Selain itu, di dalam kelompok sebaya anak mempelajari kebudayaan masyarakat. Bahwa melalui kelompok sebaya itu anak belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama, dan tanggung jawab. Sehingga kelompok sebaya menjadi wadah dalam mengajarkan mobilitas sosial. Melalui pergaulan di dalam lingkungan kelompok sebaya itu anak-anak yang berasal dari kelas sosial bawah menangkap nilai-nilai, ide-ide, cita-cita, dan pola tingkah laku anak dari golongan menengah ke atas demikian juga sebaliknya. Kelompok sebaya juga masing-masing individu mempelajari peranan sosial yang baru. Anak yang biasa dididik dengan pola dengan otoriter dapat mengenal kehidupan demokratis dalam kelompok sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, dan sebagainya. Sehingga di dalam kelompok sebaya anak mempunyai kesempatan melakukan bermacam-macam kelompok sosial.F. Pengaruh Hubungan dengan Kelompok Sebaya Terhadap Perkembangan Sosial Remaja.Menurut gerungan (1986), kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial antara individu (remaja) dengan teman sebayanya. Peran interaksi dengan teman sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati. Remaja dapat meniru (imitasi) kenakalan yang dilakukan teman sebayanya, sementara itu sugesti bahwa kebut-kebutan dan penggunaan narkotika adalah remaja ideal, dapat mengakibatkan remaja yang mulanya baik menjadi nakal. Kuatnya pegaruh teman-teman sebaya yang mengarahkan remaja menjadi nakal atau tidak juga ditentukan bagaimana persepsi remaja terhadap teman sebayanya. persepsi memegang peran penting bagi tinggi atau rendahnya kenakalan remja, yang dalam tahapan selanjutnya dapat menjadi aksi nyata berupa perilaku nakal yang merugikan ligkungan dan dapat dikenai sangsi pidana. Dengan kata lain, jika remaja melihat bahwa teman sebayanya adalah media yang tepat untuk menyalurkan keinginan negative atau tujuan negative lainnya, maka tinggi pulalah kecenderungan remaja untuk berperilaku nakal. Penelitian seperti itu tentu saja penelitian negative remaja terhadap teman sebayanya.
Persepsi merupakan proses pemahaman terhadap suatu objek yang merangsang panca indra dan memungkinkan individu (remaja) untuk membuat kontruksi dan prediksi tentang keseluruhan dari stimulus tersebut. Kemudian dari persepsi tersebut, individu dapat menilai kejadian yang ada diluarnya.
Remaja yang berpersepsi positif terhadap teman sebayanya, memandang bahwa teman sebaya sebagai tempat memperoleh informasi yang tidak didapatkan di dalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan menjadi tempat kedua setelah keluarga untuk mengarahkan dirinya (menuju kepada perilaku yang baik) serta memberikan masukan (koreksi) terhadap kekurangan yang dimilikinya, yang tentu saja akan membawa dampak baik bagi remaja yang bersangkutan (santrock, 1997). Sebaliknya, remaja yang berpersepsi negative terhadap teman-teman sebayanya, maka remaja melihat bahwa kelompok teman sebaya adalah sebagai kompensasi penebusan atas kekurangan yang dimilikinya atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang menolak atau memenuhi dirinya. Remaja yang merasa frustasi (karena ketidakmampuannya menghadapi kekurangan dan penolakan dari lingkungan/merasa dikucilkan) secara spontan saling bersimpati dan tarik-menarik, kemudian menggerombol untuk mendapatkan dukungan moral, dan memuaskan segenap kebutuhannya.Kecenderungan remaja akan rendah ketika remaja mampu berpersepsi bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang-orang dewasa (mandiri), belajar kepada kelompok, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar bermain dan olahraga, belajar berbagi rasa, belajar bersikap sportif, belajar menerima dan melakanakan tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain, belajar perilaku sosial yang baik, dan belajar bekerja sama.
Pengaruh teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga itu sendiri . Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya(iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik.PENGARUH POSITIF PERGAULAN1.      Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga mampu membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak dalam melakukan sesuatu.2.      Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai.3.      Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga mampu meningkatka rasa percaya diri4.      Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani.PENGARUH NEGATIF1.      Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang melanggar norma social2.      Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan sebagainya3.      Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan nilai/norma social yang berlaku4.      Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang. G. UPAYA UNTUK MENANGGULANGI PANGARUH NEGATIFIbarat orang yang terlanjur sakit atau terserang penyakit, tidaklah mudah mengembalikan situasi seperti semula. Tindakan pengobatan atau terapi yang terus menerus diperlukan untuk mengembalikan kondisi pribadi yang terlanjur menyimpang akibat pengaruh pergaulan negatif.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh negatif yang terlanjur mencemari diri individu:1.         Membakitkan kesadaran kepada yang bersangkutan bahwa apa yang telah ia lakukan adalah menyimpang. Kadangkala perilaku menyimpang tidak menyadari bahwa apa yang telah ia lakukan salah. Jika dari yang bersangkutan belum ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan selama ini keliru adalah sia-sia. Misalnya, anak yang tidak menyadari bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatannya akan sulit untuk diarahkan agar ia menjauhi rokok2.          Memutuskan rantai yang menghubungkan antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan ia berperilaku menyimpang. Hal ini dapat dilakukan dengan memindahkan individu tersebut dari lingkungan pergaulannya dan membawa ke kancah pergaulan baru. Hal ini tidaklah mudah, sebab kadangkala yang bersangkutan tidak mampu menyesuaikan diri di tempat lingkungannya yang baru atau justru lingkungan baru yang tidak mampu menerimanya.
3.         Melakukan pengawasan melakat sebagai control secara terus-menerus agar anak terhindar dari perilaku yang menyimpang. Pengawasan harus dilakukan oleh orang yang disegani, sehingga anak tidak berani mengulangi perbuatannya yang salah.
4.         Melakukan kegiatan konseling atau pemberian nasihat secara persuasive, sehingga anak tidak merasa bahwa ia dibawah proses pembimbingan. Melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan keyakinan yang ia anut merupakan salah satu cara yag dapat dilakukan untuk membuka pikitan anak mengenai apa yang baik dan apa yang buruk.            BAB IIIPENUTUP KESIMPULANPerkembangan Sosial Merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa, pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.Kelompok sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya.
Peranan Kelompok Sebaya dalam Kehidupan Remaja1.    Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang, Berperan pula terhadap pandangan dan perilakunya.
2.    Kelompok teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya.
3.    Berperan dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang dewasa umumnya.
4.    Remaja itu bergabung dengan kelompok teman sebaya, karena kebutuhan akan rasa bebas dari orang dewasa dan rasa terikat antara sesama anggota.
5.    Pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan remaja sangatlah dominan dalam kehidupannya
Jenis dan fungsi kelompok sebayaJenis kelompok sebaya yaitu :1.      Kelompok sebaya yang bersifat informal.
2.      Kelompok sebaya yang bersifat formal.
Fungsi kelompok sebaya :Dalam kelompok sebaya itu anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulannya dengan sesama temannya. Partisipasi di dalam kelompok sebayanya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial (sosial learning). Bergaul dengan teman sebaya merupakan persiapan penting dalam kehidupan seseorang setelah dewasa. di dalam kelompok sebaya anak mempelajari kebudayaan masyarakat. Kelompok sebaya juga masing-masing individu mempelajari peranan sosial yang baruPengaruh Hubungan dengan Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Sosial Remaja.Pengaruh positif :1.      Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku2.      Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai3.      Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang4.      Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan masyarakatPengaruh Negative :1.      Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang melanggar norma social2.      Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan sebagainya3.      Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan nilai/norma social yang berlaku4.       Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang.        Upaya untuk menanggulangi pengaruh negative1.      Membakitkan kesadaran kepada yang bersangkutan bahwa apa yang telah ia lakukan adalah menyimpang.2.      Memutuskan rantai yang menghubungkan antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan ia berperilaku menyimpang.3.      Melakukan pengawasan melakat sebagai control secara terus-menerus agar anak terhindar dari perilaku yang menyimpang.4.      Melakukan kegiatan konseling atau pemberian nasihat secara persuasive, sehingga anak tidak merasa bahwa ia dibawah proses pembimbingan               DAFTAR PUSTAKA
Santrock John W. Remaja. Jakarta: ErlanggaSyamsu Yusuf, LN. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(http://www.scribd.com/doc/16176402/Persepsi-Remaja-Terhadap-Kelompok-Teman-Sebaya-Dengan-Kecenderungan-Kenakalan-Remaja)http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/pengaruh-hubungan-dengan-teman-sebaya.html